Laman

Selasa, 04 September 2012

investasi kok nunggu pensiun

Di tulisan sebelumnya kita coba mematahkan anggapan bahwa bisnis yang bagus lebih baik dimulai saat pensiun. Yang terjadi sebaliknya, bisnis banyak gagal dan beresiko justru ketika dijalani ketika “sangat punya waktu”. Di tulisan ini kita coba mengusik pandangan yang juga berkembang bahwa investasi sebaiknya dilakukan nanti-nanti saja.

Selain niat berbisnis, investasi juga dianggap merepotkan di masa produktif, terutama karyawan, sehingga sebagian kita memilih untuk menundanya. Dua alasan malas berinvestasi adalah TAK PUNYA UANG dan TAK PUNYA ILMU. Uang untuk investasi menunggu besar dan (dianggap) akan diterima saat pensiun. Ilmu menunggu matang dan perlu waktu khusus untuk mempelajarinya nanti ketika luang sepenuhnya.

Pensiun adalah fase menikmati. Jika passive income jadi pilihan maka saat itulah karyawan hidup nyaman memasuki masa purna karya, hidup layak dari pendapatannya. Pensiun juga adalah fase hidup makin layak jika memungkinkan, misalnya ketika bisnis (atau investasi aktif) yang dibangun 10 tahun sebelumnya telah mantap dan berkembang sehingga menjadi sumber income yang luar biasa.

Di masa produktif, banyak pilihan investasi pasif maupun aktif yang tetap bisa dijalankan sambil bekerja. Karena tidak semua jenis investasi, terutama yang pasif, membutuhkan dana besar dan tidak tidak semua investasi memerlukan penguasaan ilmu yang mumpuni, maka sebetulnya investasi bisa ‘disambi’. Misalkan reksadana, dengan dana tak sampai Rp 1 juta sudah bisa dimulai. Misalkan lagi menabung (sekaligus berinvestasi) menyelamatkan dana lebih bulanan dalam bentuk logam mulia, emas khususnya.

Metode menabung emas juga tak rumit. Sebagaimana reksadana, dengan dana Rp500 ribuan sudah bisa dimulai. Juga bisa mengambil metode lain seperti arisan bersama keluarga atau sejawat, tabungan Dinar melalui M-Dinar, atau kepemilikan logam mulia di Bank Syariah.

Satu-satunya dasar mengambil keputusan investasi mana yang kita pilih adalah kemampuannya mengalahkan inflasi. Jangan menabung dengan cara konvensional karena tingkat hasilnya tak memuaskan. Salah-salah nilai simpanan terus menyusut dan kita dimiskinkan. Karena naik secara tahunan tak pernah lebih rendah daripada inflasi, maka emas cocok untuk mempertahankan standar hidup layak memasuki masa pensiun nanti. Saat dimana fisik dan akal seseorang tak sekuat masa mudanya. Investasi kini, nikmati nanti.

Follow @endykurniawan dan berkawan dengan Endy Kurniawan di Facebook dan like fanspage Think Dinar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar