Laman

Selasa, 21 Desember 2010

Peluang & resiko bisnis jasa percetakan


Bisnis Percetakan

Usaha percetakan membutuhkan berbagai proses untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga mereka akan mencetak ulang. Usaha ini bisa dilakukan pada pagi hari atau malam hari, tergantung pesanan. Jika pesanan semakin besar, maka waktu yang dibutuhkan juga semakin banyak sehingga mesin bekerja 24 jam. Salah satu peralatan yang dibutuhkan adalah mesin cetak.
Mesin yang sering dipergunakan dikenal sebagai mesin Toko yang harga terbarunya Rp 75 juta. Mesin ini mampu mencetak sebanyak 5.000 lembar per jam dengan isian satu folio, tetapi hanya mencetak satu warna (hitam-putih). Anda dapat juga memakai mesin bekas yang harganya Rp 25 juta-Rp 30 juta, tergantung usia mesin.
Umumnya orang yang memulai usaha ini menggunakan mesin bekas, sambil belajar mengenal mesin dan memahami problem permesinan. Apabila usaha sudah semakin besar, maka dapat digunakan mesin yang lebih mahal yang saat ini harganya sekitar Rp 3 miliar. Mesin ini dapat mencetak empat warna dengan kemampuan mencetak 10.000 lembar dengan isian 9 folio.
Harga mesin bekas dengan kemampuan sama sekitar Rp 700 juta untuk mesin buatan tahun 1994. Biasanya pengusaha yang berpengalaman dalam usaha ini tidak membeli mesin terbaru jika order yang diterima besarnya tidak enam kali harga mesin. Uraian penggunaan mesin sudah jelas menyatakan, usaha ini harus dimulai dengan mesin bekas.
Selanjutnya, dibutuhkan mesin potong kertas karena sangat vital sekali untuk membuat rapi hasil cetakan. Harga mesin potong kertas terbaru Rp 17 juta, tetapi pengusaha dapat juga mencari mesin bekas dengan harga minimum Rp 10 juta dengan kemampuan masih dapat diandalkan. Agar mesin potong tidak mubazir, pengusaha dapat menerima pesanan potong kertas dengan pendapatan Rp 500 per kilogram kertas.
Pengusaha juga dapat membeli mesin master, tetapi sebaiknya pekerjaan diberikan kepada pemilik mesin saja. Saat ini satu master seharga Rp 5.000. Jika banyak pekerjaan membuat master, maka mesin ini mutlak diperlukan.
Pengusaha juga memerlukan operator mesin yang sekaligus memelihara mesin. Pengusaha sebaiknya merekrut mereka yang lulus STM jurusan mesin agar pengusaha tidak kerepotan apabila mesin rusak. Gaji operator Rp 1,5 juta-Rp 2,5 juta. Kemudian, dibutuhkan pembuat lay-out menggunakan komputer dengan pendidikan minimum SLTA dengan gaji Rp 750.000 per bulan.
Risiko Usaha
Memulai usaha ini dapat menggunakan gedung minimum 50-100 meter persegi dengan biaya sewa Rp 7,5 juta-Rp 15 juta per tahun. Letak gedung usaha sebaiknya di pinggir jalan agar dapat dilihat berbagai pihak, terkecuali target pasarnya sangat berbeda. Apabila pesanan sudah banyak, maka pengusaha dapat menggunakan ruko dengan sewa Rp 75 juta per tahun.
Pengusaha juga harus mempunyai pegawai rendahan, minimum satu orang, dengan gaji sebesar biaya UMR. Tugas mereka mengantarkan barang dan merapikan hasil cetakan. Biaya listrik dan air tergantung pemakaian. Pengusaha minimum membayar listrik sebesar Rp 500.000 per bulan.
Dalam memproses cetakan, pengusaha membutuhkan tinta cetak, flat, dan buruh yang biayanya sekitar 10 persen dari nilai produksi. Secara kasar perhitungan hasil cetakan, ongkos cetak secara rata-rata Rp 10 per lembar. Jika menambah satu warna, maka tambahan biaya sekitar Rp 10. Sebagai bahan cetakan, minimal adalah kertas HVS 70 gram yang harganya Rp 50-Rp 55 per lembar. Jika memakai HVS 80 gram, maka biayanya Rp 60 per lembar.
Biaya pokok produksi telah diuraikan, selanjutnya harga jual produk cetakan dinilai dengan harga pokok produksi ditambah margin yang diinginkan. Pengusaha percetakan biasanya mengambil margin 25 persen, tetapi bisa lebih kecil apabila pesanan cetakan semakin banyak.
Pemasaran bisnis dapat dimulai dengan mencetak keperluan kantor sehingga dapat melakukan penawaran ke kantor-kantor. Teman terdekat sebagai pelanggan pertama dapat dipergunakan. Namun, banyak juga pengusaha yang mengejar cetakan dari departemen karena sekali mencetak pesanan sangat banyak. Hubungan baik dengan berbagai pihak sangat diperlukan untuk mendapatkan pesanan besar.
Uraian sebelumnya memberi gambaran bahwa apabila ingin memulai usaha ini dapat dilakukan dengan modal Rp 75 juta. Pengusaha harus bekerja keras dalam satu atau dua tahun pertama, terutama untuk mendapatkan pelanggan. Risiko utama bisnis ini adalah tidak adanya pelanggan. Kualitas produk harus diperhatikan pengusaha supaya pelanggan semakin banyak. Selamat berinvestasi dan berbisnis.
Sumber : http://www.kompas.com/
Oleh:Adler Haymans Manurung, ChFC, RFC
Direktur Fund Management PT Nikko Securities Indonesia
Beritahukan ke teman anda..

Penganalisaan bisnis percetakan dalam artikel ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas soft skill yang diberikan oleh mata kuliah ekonomi koperasi. Artikel ini membahas tentang analisa bisnis percetakan yang terdapat di Indonesia, dalam artikel ini dijelaskan hal-hal yang  perlu diperhatikan dalam memulai bisnis percetakan, apa saja yang dibutuhkan dalam pendiriannya serta rincian biaya yang diperlukan untuk merilis bisnis  percetakan dan keuntungan memiliki bisnis percetakan ini.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini saya sangat tertarik untuk  membahas masalah ini karena usaha percetakan merupakan salah satu usaha bisnis yang cukup menjanjikan dimasa sekarang ini, dimana orang / badan / lembaga yang menggunakan jasa ini untuk mempromosikan produk ataupun jasa kepada konsumen melalui percetakan ini. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia khususnya.
Analisa ini sangat sederhana,  tetapi dengan kesederhanaan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin melakukan bisnis periklanan serta mampu mengembangkan bisnis warnet yang di jalankannya.
Pendahuluan
Perkembangan pesat dunia usaha sekarang ini ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru. Perusahaan-perusahaan tersebut didirikan dengan tujuan  untuk mensejahterakan pengusaha atau pegawainya, serta dalam rangka mengatasi jumlah pengangguran, yaitu menciptakan lapangan kerja baru. Perusahaan-perusahaan tersebut akan bersaing dalam perusahaan yang telah ada maupun perusahaan baru lainnya. Baik perusahaan yang baru maupun perusahaan yang telah lama berdiri memerlukan jasa percetakan untuk membuat iklan dengan tujuan untuk mengenalkan produknya pada masyarakat.
Dengan melihat semakin banyaknya pihak yang membutuhkan jasa percetakan maka akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang percetakan. Untuk mendapatkan pangsa pasar yang seluas luasnya, perusahaan yang bergerak dibidang percetakan harus pandai-pandai menerapkan manajemen kerja yang maksimal. Selain itu perusahaan harus mengutamakan kualitas berbagai desain karena dengan desain yang berkualitas maka perusahaan jasa percetakan tersebut akan memiliki karakteristik sendiri.
Dewasa ini komputer merupakan perangkat yang mutlak sangat diperlukan oleh perusahaan jasa percetakan, mengingat program aplikasi-aplikasi software yang memudahkan dalam proses desain relatif mudah diperoleh. Selain lebih efektif, program tersebut  dapat mewakili visualisasi produk yang akan diproduksi.
Dalam pembuatan proses desain percetakan, penyesuain karakteritik warna menjadi hal yang sangat penting mengingat selama ini belum ada cara yang paling simpel atau praktis untuk menyesuaikan warna pada monitor dengan warna hasil print out. Pada proses ini, tidak saja aspek pengenalan software semata yang harus dipahami, tetapi dibutuhkan pula kejelian dan pengetahuan tentang aspek-aspek lain berkaitan dengan warna. Oleh sebab itu penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai laporan penelitian.

Pembahasan

Analisis Bisnis Percetakan

Usaha percetakan membutuhkan berbagai proses untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga mereka akan mencetak ulang. Usaha ini bisa dilakukan pada pagi hari atau malam hari, tergantung pesanan. Jika pesanan semakin besar, maka waktu yang dibutuhkan juga semakin banyak sehingga mesin bekerja 24 jam. Salah satu peralatan yang dibutuhkan adalah mesin cetak.
Mesin yang sering dipergunakan dikenal sebagai mesin Toko yang harga terbarunya Rp 75 juta. Mesin ini mampu mencetak sebanyak 5.000 lembar per jam dengan isian satu folio, tetapi hanya mencetak satu warna (hitam-putih). Anda dapat juga memakai mesin bekas yang harganya Rp 25 juta-Rp 30 juta, tergantung usia mesin.
Umumnya orang yang memulai usaha ini menggunakan mesin bekas, sambil belajar mengenal mesin dan memahami problem permesinan. Apabila usaha sudah semakin besar, maka dapat digunakan mesin yang lebih mahal yang saat ini harganya sekitar Rp 3 miliar. Mesin ini dapat mencetak empat warna dengan kemampuan mencetak 10.000 lembar dengan isian 9 folio.
Harga mesin bekas dengan kemampuan sama sekitar Rp 700 juta untuk mesin buatan tahun 1994. Biasanya pengusaha yang berpengalaman dalam usaha ini tidak membeli mesin terbaru jika order yang diterima besarnya tidak enam kali harga mesin. Uraian penggunaan mesin sudah jelas menyatakan, usaha ini harus dimulai dengan mesin bekas.
Selanjutnya, dibutuhkan mesin potong kertas karena sangat vital sekali untuk membuat rapi hasil cetakan. Harga mesin potong kertas terbaru Rp 17 juta, tetapi pengusaha dapat juga mencari mesin bekas dengan harga minimum Rp 10 juta dengan kemampuan masih dapat diandalkan. Agar mesin potong tidak mubazir, pengusaha dapat menerima pesanan potong kertas dengan pendapatan Rp 500 per kilogram kertas.
Pengusaha juga dapat membeli mesin master, tetapi sebaiknya pekerjaan diberikan kepada pemilik mesin saja. Saat ini satu master seharga Rp 5.000. Jika banyak pekerjaan membuat master, maka mesin ini mutlak diperlukan.
Pengusaha juga memerlukan operator mesin yang sekaligus memelihara mesin. Pengusaha sebaiknya merekrut mereka yang lulus STM jurusan mesin agar pengusaha tidak kerepotan apabila mesin rusak. Gaji operator Rp 1,5 juta-Rp 2,5 juta. Kemudian, dibutuhkan pembuat lay-out menggunakan komputer dengan pendidikan minimum SLTA dengan gaji Rp 750.000 per bulan.
Risiko Usaha
Memulai usaha ini dapat menggunakan gedung minimum 50-100 meter persegi dengan biaya sewa Rp 7,5 juta-Rp 15 juta per tahun. Letak gedung usaha sebaiknya di pinggir jalan agar dapat dilihat berbagai pihak, terkecuali target pasarnya sangat berbeda. Apabila pesanan sudah banyak, maka pengusaha dapat menggunakan ruko dengan sewa Rp 75 juta per tahun.
Pengusaha juga harus mempunyai pegawai rendahan, minimum satu orang, dengan gaji sebesar biaya UMR. Tugas mereka mengantarkan barang dan merapikan hasil cetakan. Biaya listrik dan air tergantung pemakaian. Pengusaha minimum membayar listrik sebesar Rp 500.000 per bulan.
Dalam memproses cetakan, pengusaha membutuhkan tinta cetak, flat, dan buruh yang biayanya sekitar 10 persen dari nilai produksi. Secara kasar perhitungan hasil cetakan, ongkos cetak secara rata-rata Rp 10 per lembar. Jika menambah satu warna, maka tambahan biaya sekitar Rp 10. Sebagai bahan cetakan, minimal adalah kertas HVS 70 gram yang harganya Rp 50-Rp 55 per lembar. Jika memakai HVS 80 gram, maka biayanya Rp 60 per lembar.
Biaya pokok produksi telah diuraikan, selanjutnya harga jual produk cetakan dinilai dengan harga pokok produksi ditambah margin yang diinginkan. Pengusaha percetakan biasanya mengambil margin 25 persen, tetapi bisa lebih kecil apabila pesanan cetakan semakin banyak.
Pemasaran bisnis dapat dimulai dengan mencetak keperluan kantor sehingga dapat melakukan penawaran ke kantor-kantor. Teman terdekat sebagai pelanggan pertama dapat dipergunakan. Namun, banyak juga pengusaha yang mengejar cetakan dari departemen karena sekali mencetak pesanan sangat banyak. Hubungan baik dengan berbagai pihak sangat diperlukan untuk mendapatkan pesanan besar.
Uraian sebelumnya memberi gambaran bahwa apabila ingin memulai usaha ini dapat dilakukan dengan modal Rp 75 juta. Pengusaha harus bekerja keras dalam satu atau dua tahun pertama, terutama untuk mendapatkan pelanggan. Risiko utama bisnis ini adalah tidak adanya pelanggan. Kualitas produk harus diperhatikan pengusaha supaya pelanggan semakin banyak. Selamat berinvestasi dan berbisnis.
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang saya lakukan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa usaha bisnis percetakan ini cukup mengunungkan karena jasa ini sangat dibutuhkan oleh banyak pengguna seperti masyarakat / badan / lembaga untuk membuat iklan-iklan untuk promosi produk ataupun jasa mereka kepada konsumen.

Bisnis Percetakan Berkembang Pesat

Bisnis Percetakan adalah suatu jenis usaha yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Terutama dalam beberapa tahun terakhir ini, bisnis percetakan semakin berkembang dengan pesat hal ini dapat dilihat dari munculnya pemain-pemain baru dalam bisnis ini baik itu sales atau marketing percetakan dan juga pengusaha-pengusaha baru dalam bisnis ini. Apalagi sekarang ditunjang dengan semakin banyak dan majunya teknologi pendukung dari bisnis percetakan ini. Diantaranya adalah untuk proofing warna sudah menggunakan mesin printer yang kualitas hasil cetaknya 90% sudah mirip dengan hasil cetak. Dan juga semakin banyaknya pengusaha yang membuka bisnis repro untuk film separasi warna.
Disamping hal tersebut diatas ada beberapa hal lagi yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Walaupun semakin hari orang yang membangun bisnis percetakan semakin bertambah tetapi konsumen atau pasarnya juga semakin terbuka lebar, sehingga hal tersebut merupakan sebuah peluang besar bagi anda yang saat ini mungkin masih bingung ingin menekuni bisnis apa yang harus dilakukan. Bagaimanakah peluang bisnis dari usaha ini…?
Untuk kebutuhan pasar atau konsumen produk-produk percetakan yang dibutuhkan diantaranya adalah barang-barang yang biasa kita lihat di sekeliling kita dan kita gunakan sehari-hari, misalnya buku tulis, buku bacaan, buku pelajaran, nota, faktur yang biasa kita peroleh sewaktu belanja di toko, kwitansi, dus-dus kemasan makanan atau kemasan barang-barang lainnya, tas jinjing (hand bag/shopping bag), kartu nama, undangan, kalender, hang tag atau label, kop surat, amplop, sticker, poster, ID card, brosur, leaflet, company profil, majalah, bulletin, tabloid, dan lain sebagainya. Jika anda memperhatikan dimana pun dan kemana pun kita pergi, selalu saja kita jumpai barang-barang produk percetakan tersebut.
Bisnis Percetakan juga merupakan jenis usaha yang bisa dilakukan oleh kebanyakan orang meskipun tidak mempunyai modal Mesin Percetakan sekalipun. Hal ini yang biasa dilakukan oleh sales atau marketing. Hal tersebut dikarenakan banyak sekali percetakan-percetakan yang mempunyai peralatan cetak yang menyediakan jasa ongkos cetak untuk orang-orang yang tidak mempunyai peralatan, dengan biaya yang relatif murah (harga rekanan). Bahkan jika seseorang telah berpengalaman dalam bisnis percetakan ini, maka tanpa modal uang atau (maaf) modal dengkul sekalipun usaha ini terkadang juga bisa dilakukan.
Bagi Anda yang mungkin tertarik dan berminat untuk menekuni usaha percetakan, maka ada beberapa cara dalam proses pengerjaan cetak ini bisa menjadi pilihan dan panduan Anda:
Pengerjaan dengan mesin cetak offset
Diantaranya dengan menggunakan Mesin Percetakan offset Toko, Riobi dan Oliver

Pengerjaan dengan teknik sablon

Baik itu sablon manual ataupun dengan mesin (Biasanya untuk media bahan plastik, blangko undangan/beli jadi, blangko kartu nama).
Pengerjaan dengan teknik digital printing (print warna)
Hal ini biasanya dilakukan ketika order yang kita terima terlalu minim untuk dicetak karena untuk ongkos cetak juga ada ongkos minim.
Sedangkan keuntungan yang didapat untuk Bisnis Percetakan ini juga lumayan memuaskan. Jadi apabila sebagian dari anda yang membaca artikel ini bingung untuk memulai usaha mungkin hal ini bisa untuk dijadikan bahan pertimbangan.
Selamat mencoba, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda…!!!.
adeesign.com

Tips Pilih Mesin Percetakan

Beli mesin Cina ? wah.. jangan deh, tidak kuat, jelek, rewel, service / sparepartnya gimana?, dijual lagi nggak laku, teknisinya sulit dihubungi, pokoknya janganlah, lebih baik beli mesin second aja deh sudah pasti bandelnya. Ya itulah antara lain komentar orang-orang lima tahun lalu menurut pengalaman Iis Superiadi yang mencoba memasarkan Mesin Percetakan made in Cina.
Perkembangan Akhir
Dan sekarang…,diakui atau tidak inilah sebuah kenyataan bahwa mesin cina bukan hantu bagi percetakan,bahkan sebelum ini kita sudah mengenal atau bahkan kita menggunakannya. Sekarang lihatlah perkembangan mesin-mesin Cina,mungkin sudah ada dimeja kerja kita brosur-brosur dan penawaran tentang harga mulai dari pelat cetak,master paper,film,plate maker,mesin cetak dari ukuran folio sampai ukuran plano,mesin-mesin finishing(komplit/lipat/lem/jahit dll).

Bagaimana kita menyikapi ini semua? Berdasarkan wawancara kami dengan Iis Supriadi, yang juga Alumni SMT Grafika Desa Putera dan Alumni Akademi Teknologi Grafika Trisakti Jakarta, memberikan beberapa tips memilih Mesin Percetakan :
1. Referensi:
Mintalah referensi kepada teman atau rekan bisnis anda yang pernah membeli produk alat/mesin Cina. Tanyakan bagaimana selama ini menggunakan mesin tersebut apakah banyak masalah, bagaimana pelayanan service/teknisi, sparepart tersedia apa tidak, kalau mesin tersebut bagus dimana saya dapat membelinya, kalau perlu siapa salesnya yang bertanggung jawab terhadap mesin yang saya beli. Referensi dari pengguna mesin Cina ini penting, sebab kepuasan orang lain akan kita jadikan acuan untuk dapat membeli mesin tersebut. Tanyakan juga kepada agen/penyalur alat/mesin Cina dimana dan berapa jumlah populasi alat/mesin sampai dengan saat ini.

2. Demo produk:
Mintalah demo produk agar kita lebih jelas terhadap alat/mesin yang ditawarkan kepada kita, karena setelah kita mendapatkan referensi sekarang kita sendiri yang akan membuktikannya dengan demo produk, kalau perlu minta demo gratis (karena ada juga yang meminta down payment 20-30 persen baru bisa demo, dan kalau pembelian batal DP hangus). Hadirkan juga dalam demo tersebut operator atau teknisi yang independent atau orang kepercayaan kita untuk menilai demo tersebut.

3. Jaminan purna jual:
Mintalah jaminan purna jual berupa garansi spare part dan garansi service yang biasanya gratis selama jangka waktu tertentu,dan tanyakan ketersediaan sparepart dan teknisi setelah masa garansi habis/selesai. Untuk bahan pertimbangan biasanya alat/mesin Cina yang dijual merupakan copy paste dari alat/mesin yang sudah ada buatan Jepang atau Jerman, pastikan mesin tersebut sudah banyak dipasaran Indonesia. Artinya jika ada sparepart yang kita butuhkan nantinya bisa digunakan di alat/mesin Cina atau sebaliknya.

4. Harga:
Harga adalah salah satu alasan kita untuk berinvestasi pada alat/mesin Cina, biasanya harganya setengah atau lebih dari mesin buatan Jepang,dan tiga atau empat kali dari harga alat/mesin buatan Jerman. Bahkan setara dengan alat/mesin Second. Alasan inilah yang biasanya digunakan untuk investasi mesin baru dibanding dengan mesin second karena lebih terjamin atas adanya garansi service dan sparepart.

5. Analisis Perbandingan Persaingan:
Lakukan analsis perbandingan dengan mesin ex-negara lain nya atau merek lainnya atau bahkan mesin second-hand, bandingkan positif dan negatif atas 4 faktor diatas. Kemudian saatnyalah untuk mengambil keputusan.

kertasgrafis.com

Hitung Biaya Investasi Percetakan

Yang pertama kali orang banyak tanyakan ketika akan membuka sebuah percetakan adalah berapa biaya dan biaya apa saja yang dibutuhkan untuk mendapatkan harga pokok sebuah order atau cetakan, sebagai insan grafika saya akan sedikit membantu memberikan informasi. Untuk tulisan pertama saya ini bagaimana mengetahui / menghitung biaya sebuah mesin Mesin Percetakan, dan selanjutnya bagaimana menghitung biaya dari mulai persiapan (desain / setting / film / plate), produksi (cetak / varnish / laminating), Finishing (penjilidan / packing dll), hingga kepada menghitung biaya pokok produksi sebuah majalah.
Mesin Mini Offset disini mengacu kepada Mesin Percetakan biasa yang mempunyai spesifikasi unit cetak 1 warna dengan ukuran kertas maksimum A3, 297 x 420 mm. Umumnya dengan mesin inilah orang biasanya memulai bisnis percetakan kecuali orang yang bermodal besar bisa memulai dengan mesin buatan Eropa, Jepang dan lainnya.
Investasi Mesin
Total awal investasi alat dan pemasangan adalah Rp.45.000.000,-. Perkiraan umur mesin untuk perhitungan depresiasi adalah 10 tahun.
Untuk perhitungan jam produksi dalam satu tahun diambil angka sebesar 1500 jam, dengan kecepatan cetak mesin rata-rata adalah 4000 lembar/jam.
Biaya operasional
Secara garis besar total biaya operasional kurang lebih hampir sama dengan nilai mesin cetak yaitu Rp. 44.467.662,- yang dirici sebagai berikut;

1. Kebutuhan tempat
Diperlukan tempat kurang lebih 4 x 6 meter, bisa juga 3 x 3 m bila dipaksakan, biaya tempat Rp.500.000,-/bulan atau Rp. 6.000.000,- pertahun.

2. Gaji operator cetak
Gaji operator cetak sebesar Rp.1.200.000,- per bulan atau Rp. 14. 400.000,- pertahun , serta gaji staff teknisi kurang lebih 10% dari besar gaji cetak operator atau Rp. 1.440.000,-. Tentunya biaya gaji tergantung dengan pengalaman, tingkat keahlian operator cetak dan daerah dimana investasi berlangsung.

3. Spare-part dan material,
Pemakaian alat dan material diperkirakan Rp.350.000,-/bulan atau Rp. 4.500.000,- pertahun.,-

4. Air dan listrik
Air adalah bagian tidak terpisahkan dari proses cetak offset dimana diperlukan untuk mencampur larutan pembasah. Pemakaian air Rp.75.000,-/bulan atau Rp. 900.000. Pemakaian listrik sebesar 350 watt dengan Rp.500,-/KWH untuk total 1500 jam selama setahun adalah Rp. 262.500,- (0.350 x Rp.500 x 1500 jam).

5. Perawatan mesin
Biaya perawatan dan reparasi diambil angka 2% dari biaya mesin cetak atau Rp. 900.000,- / bulan. Kegiatan perawatan mesin cetak sangat kritis dan diperlukan untuk menjaga mutu kualitas cetak dan keawetan mesin, dimana setiap minggu mesin diganti air pembasahnya dan setiap bulan mesin diperiksa apakah ada bagian aus atau diberi minyak pelumas.

6. Biaya modal
Bunga Modal yang di Investasikan12% dari mesin cetak atau sebesar dari nilai investasi mesin cetak, 12% x ½ x Rp. 45.000.000,- atau $2.700.000,-

7. Biaya tak langsung
Biaya perusahaan tidak langsung, berkaitan dengan resiko produksi sebanyak 10% dari total jumlah biaya ke 6 rinacian diatas, 10% x Rp. 35.302.500 atau sebesar Rp. 3.530.250,-

8. Biaya umum
Biaya umum berkaitan dengan resiko penjualan sebanyak sebanyak 15% dari total jumlah biaya ke 7 rincian diatas, 15% x Rp.38.832.750,- atau sebesar Rp. 5.824.912,-.(.(Iis Superiadi.Amd.Graf))

xgdigital.com

Usaha Percetakan Modal NOL

Memulai bisnis desain dan Bisnis Percetakan tidak sesulit yang diduga oleh banyak orang. Bisnis ini lebih bersifat jasa daripada produksi, kecuali Anda memulainya dengan membeli mesin cetak sendiri.
Modal awal yang dibutuhkan untuk menjadi pengusaha desain dan bisnis percetakan adalah relasi, ketekunan dan keseriusan, management waktu, dan pelayanan pelanggan. Anda dapat memulai bisnis percetakan ini dengan modal uang Nol, cukup memanfaatkan asset yang Anda miliki, seperti sepeda motor, komputer dan handphone.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini adalah :
1. Mencari supplier kertas, seperti toko kertas, minta katalog contoh kertas beserta harga-harganya
2. Mencari perusahaan percetakan yang menerima jasa makloon (menerima ongkos cetak), tanyakan berapa tarif cetak perwarna, atau per proyek, mintalah informasi sedetail-detailnya tentang proses cetak, dan hal-hal yang mempengaruhi harga dan kualitas.
3. Mencari supplier pra cetak, seperti film separasi warna dan pembuatan plat cetak, pelajari tarif2 nya, dan spesifikasi file komputer yang dapat mereka terima, apakah mereka bisa menerima file output dari CorelDraw, Adobe Ilustrator, Freehand, dsb… Pelajari juga tarif2 nya.
4. Mencari perusahaan jasa desain, yang menerima order desain atau setting layout, kecuali Anda memiliki skill desain dan layout serta memiliki perangkat komputer dan printer sendiri.
5. Beli buku-buku desain, contoh2 desain brosur, logo, dsb.. sebagai ilustrasi buat calon pelanggan, sehingga mereka bisa menemukan style yang mereka inginkan, untuk kemudian kita kembangkan sendiri sesuai harapan pelanggan.
6. Belajarlah berhitung harga cetak seteliti mungkin sehingga harga jual bisa sangat bersaing.
Proses Kerja bisnis ini :
1. Pelanggan menceritakan kebutuhannya, harapannya dan spesifikasi benda cetaknya.
2. Anda membuat draft desain awal, mintakan persetujuan pelanggan, umumnya pelanggan meminta beberapa alternatif sehingga mereka dapat memilih.
3. Setelah draft desain awal disetujui, kembangkan desain tersebut sehingga layak untuk diproduksi’
4. Print final desain untuk mendapat persetujuan pelanggan, pastikan tidak ada kesalahan pengetikan dan gambar, pastikan pelanggan menandatangani proof desain tersebut, hal ini diperlukan jika terjadi komplain dari pelanggan dikemudian hari.
5. Copy file desain menggunakan flash disk, kirim kepada perusahaan percetakan (jika mereka memiliki semua prangkat pra cetaknya), atau kirim kepada peruasahaan pra cetak, separasi film warna dan plat.
6. Beli kertas sesuai spesifikasi yang diminta pelanggan, minta kepada toko kertas untuk memotong kertas sesuai dengan final output yang diinginkan ditambah margin untuk percetakan
7. Bawa kertas yang sudah Anda beli beserta film separasi warna dan plat cetak kepada percetakan, buat tanda terima dan perintah kerja, termasuk masalah harga dan janji tanggal penyelesainnya.
Persaingan Bisnis Percetakan dan desain sudah sangat banyak, namun jangan khawatir, rezeki Anda Allah Ta’ala yang menentukan, Anda hanya diperintahkan untuk berusaha dengan memperbaiki mata pencaharian dan bertakwa, agar rezeki turun.
pengusahamuslim.com

Tips Peluang Usaha Percetakan

Percetakan adalah salah satu jenis usaha yang cantik dan baik untuk dilirik :)
Mengapa saya berpendapat demikian?
Karena dari pengamatan saya selama ini, walaupun semakin hari orang yang membangun bisnis percetakan semakin bertambah, tetapi konsumen atau pasarnya juga semakin terbuka lebar, sehingga hal tersebut merupakan sebuah peluang usaha yang sangat besar.
Coba kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, kemanapun dan dimanapun kita arahkan pandangan, pasti hampir semua produk atau barang hasil dari percetakan akan selalu ada, misalnya: buku-buku, nota/faktur yang biasa kita peroleh sewaktu belanja di toko atau supermarket, kwitansi, dus-dus kemasan makanan atau kemasan barang-barang lainnya, tas jinjing (hand bag/shopping bag), kartu nama, kartu undangan, kalender, hang tag atau label, kop surat, amplop, sticker, poster, ID card, brosur, leaflet, company profil, majalah, bulletin, tabloid, spanduk, reklame dan lain sebagainya.
Percetakan juga merupakan jenis usaha yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai modal peralatan Mesin Percetakan. Hal tersebut dikarenakan banyak sekali percetakan-percetakan yang mempunyai peralatan mesin percetakan yang menyediakan jasa makloon untuk orang-orang yang tidak mempunyai peralatan, dengan biaya yang relatif rendah (harga rekanan). Bahkan jika seseorang telah berpengalaman dalam jenis usaha ini, maka tanpa modal uang (modal dengkul) sekalipun… usaha ini bisa dilakukan.
Bagi Anda yang tertarik dan berminat untuk menekuni usaha percetakan, maka beberapa cara dalam pengerjaan cetak ini bisa menjadi pilihan Anda:
* Pengerjaan dengan Mesin Percetakan offset
* Pengerjaan dengan teknik sablon
* Pengerjaan dengan teknik digital printing
* dan sebagainya.
Dan biasanya keuntungan yang didapat lumayan juga lho…!
Selamat mencoba, semoga bermanfaat…!!!
 Category Tak Berkategori | No Comments »

Cara Memilih Mesin Cetak Digital Ukuran Besar

Sering kita dibuat pusing ketika memilih mesin cetak digital format besar karena banyaknya faktor yang harus kita lihat. Bahkan tidak jarang dari kita merasa kecewa karena merasa salah dalam memilih, untuk itu berikut ini ada 2 hal yang perlu anda perhatikan ketika akan membeli sebuah mesin cetak digital format besar untuk usaha Percetakan Jakarta kita, yaitu :
1. Sesuaikan dengan kebutuhan anda usaha percetakan jakarta, sebuah mesin cetak digital pasti memiliki keunggulan dan keterbatasan sendiri sehingga terkadang kita tidak bisa membandingkan satu dengan lainnya secara langsung. Contoh, mesin cetak digital large format HP 500 ps sangat bagus untuk cetak poster dan CAD akan tetapi kurang bagus jika digunakan untuk perbesar photo.
Contoh lagi, mesin outdoor memiliki ketahanan tinta sangat bagus akan tetapi tidak bisa mencetak dengan halus untuk ukuran kecil karena memang mesin tersebut dirancang untuk mencetak ukuran besar. Dengan kondisi seperti itu maka sangat disarankan untuk fokus dengan kebutuhan usaha percetakan jakarta anda ketika akan membeli, jangan tergiur dengan iming2 harga murah dan satu kemudahan akan tetapi tidak cocok dengan kebutuhan anda.
Disini kami coba untuk memberikan sedikit gambaran akan kebutuhan usaha percetakan tersebut, bagi anda yang membutuhkan mesin untuk layanan photograpy, artwork, repro image maka printer sejenis EPSON 9000, EPSON 2100, EPSON 3850, ROLAND Soljet, ROLAND FJ, HP 130 nr bisa menjadi pilahan. Jika kebutuhan anda adalah ploting CAD, gambar teknik, cetak poster, sticker maka printer sejenis HP 500 ps, HP 100, Canon cocok untuk dijadikan pilihan. Jika kebutuhan anda adalah cetak baliho, spanduk, banner dalam format besar maka YASELAN, MYJET, ROLAND AJ1000, NUR, MIMAKI, MUTOH adalah mesin-mesin yang dapat anda pilih. Ingan sekali lagi tidak ada mesin yang sempurna jadi sesuaikan dengan kebutuhan pokok anda.
2. Kualitas, setelah anda menyesuaikan dengan kebutuhan anda hal lain yang perlu anda perhatikan adalah kualitas. Kualitas mesin dapat kita kategorikan menjadi dua yaitu kualitas mesin dari segi pemakaian dan dari segi hasil cetakan. Dari segi pemakaian sebuah mesin yang berkualitas pasti memiliki kriteria umum antara lain, mudah dioperasikan, memiliki komponen suku cadang yang kuat, terbuat dari material yang bagus dan kokoh, memiliki dimensi yang proposional, memiliki komponen yang awet.
Dari segi kualitas cetakan sebuah mesin dapat dikatakan bagus jika memiliki hasil cetak sesuai dengan mesinnya dan kelasnya unuk percetakan Jakarta, misal mesin untuk cetak photo maka hasil cetaknya harus gamut dan memiliki kerapatan tinta yang tinggi. Contoh lagi, mesin cetak digital CAD harus mampu mencetak garis tipis/hairline secara lurus dan jelas dengan warna yg solid. Jadi kualitas ini bukan sekedar slogan tapi bisa dibuktikan dengan hasil cetakannnya di atas media.
ronitadp.wordpress.com

Bisnis Percetakan dan Resikonya

Untuk memulai usaha Percetakan Jakarta ini dapat menggunakan gedung minimum 50-100 meter persegi dengan biaya sewa Rp 7,5 juta-Rp 15 juta per tahun. Letak gedung usaha percetakan Jakarta sebaiknya di pinggir jalan agar dapat dilihat berbagai pihak, terkecuali target pasarnya sangat berbeda. Apabila pesanan sudah banyak, maka pengusaha dapat menggunakan ruko dengan sewa Rp 75 juta per tahun.
Pengusaha juga harus mempunyai pegawai rendahan, minimum satu orang, dengan gaji sebesar biaya UMR. Tugas mereka mengantarkan barang dan merapikan hasil cetakan. Biaya listrik dan air tergantung pemakaian. Pengusaha percetakan Jakarta minimum membayar listrik sebesar Rp 500.000 per bulan.
Dalam memproses cetakan, pengusaha percetakan Jakarta membutuhkan tinta cetak, flat, dan buruh yang biayanya sekitar 10 persen dari nilai produksi. Secara kasar perhitungan hasil cetakan, ongkos cetak secara rata-rata Rp 10 per lembar. Jika menambah satu warna, maka tambahan biaya sekitar Rp 10. Sebagai bahan cetakan, minimal adalah kertas HVS 70 gram yang harganya Rp 50-Rp 55 per lembar. Jika memakai HVS 80 gram, maka biayanya Rp 60 per lembar.
Biaya pokok produksi telah ***raikan, selanjutnya harga jual produk cetakan dinilai dengan harga pokok produksi ditambah margin yang diinginkan. Pengusaha percetakan biasanya mengambil margin 25 persen, tetapi bisa lebih kecil apabila pesanan cetakan semakin banyak.
Pemasaran bisnis percetakan Jakarta dapat dimulai dengan mencetak keperluan kantor sehingga dapat melakukan penawaran ke kantor-kantor. Teman terdekat sebagai pelanggan pertama dapat dipergunakan. Namun, banyak juga pengusaha yang mengejar cetakan dari departemen karena sekali mencetak pesanan sangat banyak. Hubungan baik dengan berbagai pihak sangat diperlukan untuk mendapatkan pesanan besar.
Uraian sebelumnya memberi gambaran bahwa apabila ingin memulai usaha percetakan Jakarta ini dapat dilakukan dengan modal Rp 75 juta. Pengusaha harus bekerja keras dalam satu atau dua tahun pertama, terutama untuk mendapatkan pelanggan. Risiko utama bisnis ini adalah tidak adanya pelanggan. Kualitas produk harus diperhatikan pengusaha percetakan Jakarta supaya pelanggan semakin banyak. Selamat berinvestasi dan berbisnis.
bisnisukm.com

Tips Memilih Mesin Untuk Usaha Percetakan

Memilih Mesin Percetakan adalah investasi bagi bisnis Anda. Mesin yang Anda beli bukan sekali pakai. Anda akan menggunakan mesin percetakan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Anda membeli mesin tentu juga berharap mesin tersebut bisa membantu dan meningkatkan usaha Anda. Karena itu, membeli mesin tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.
Ada sebagian orang yang salah kaprah dalam membeli mesin. Ia hanya mempertimbangkan faktor harga saja, tanpa mempertimbangkan bahwa mesin percetakan adalah investasi bagi bisnisnya. Ia akan senang jika ditawari mesin harga murah. Ujung-ujungnya, dikemudian hari hanya penyesalan saja yang didapat.
Bagaimana memilih percetakan harga murah, tapi bisa menjadi investasi bisnis yang berharga ?
1. Lihat Merek
Merek percetakan bisa menunjukkan bagaimana kualitas mesin tersebut. Merek membawa citra bagi perusahaan. Merek terkenal tidak akan sembarangan mengeluarkan produk. Harga murah yang diberikan oleh produsen yang memiliki merek terkenal bisa Anda percaya. Setidaknya mereka tidak akan mengeluarkan produk berkualitas rendah, karena bisa merusak citra produk lainnya.
Melihat merek adalah cara termudah untuk melihat kualitas mesin percetakan. Tapi jangan meninggalkan tips lain di bawah ini.
Bagaimana jika ada mesin percetakan murah, tapi tidak ada mereknya atau produsennya tidak jelas. Wah, kalau yang ini jangan dibeli deh… Ingat, Anda beli mesin untuk investasi. Anda harus tahu kualitas mesin itu dan siapa yang membuat. Sehingga, jika sewaktu-waktu mesin rusak, spare part lebih mudah didapat dari penjual
2. Lihat Spesifikasi Mesin
Anda harus melihat spesifikasi mesin. Spesifikasi biasanya terdiri dari : kapasitas, bahan, dimensi, power, dsb. Perhatikan semuanya, apakah sesuai dengan kebutuhan usaha Anda. Kapasitasnya memadai apa tidak, listrik dan bahan bakar cocok apa tidak dengan kondisi Anda. Lihat juga bahan mesin terbuat dari apa (baja, stainless steel, kayu, dll).
3. Lihat Garansinya
Perhatikan apakah percetakan murah tersebut ada garansinya atau tidak. Jika ada, berapa lama. Dengan melihat ada garansi atau tidak, Anda akan tahu seberapa yakin dealer / distributor mesin tersebut akan kualitas barang yang dijual. Distributor tidak akan mengambil resiko dengan mesin yang tidak berkualitas. Karena itu ia tidak akan memberi garansi produk tersebut.
4. Spare Part dan Layanan Purna Jual
Mesin percetakan yang Anda beli tentu ada saatnya mengalami kerusakan dan Anda membutuhkan spare part dan perbaikan. Mesin percetakan murah yang akan Anda beli hendaknya juga ada spare part dan proses perbaikan juga mudah dilakukan. Tanyakan hal ini kepada penjual. Jika spare part, layanan purna jual dan proses perbaikan sulit didapat, maka Anda akan beresiko di kemudian hari
maksindo.com

Sukses Kembangkan Usaha Percetakan Sablon



Banyak yang sukses setelah menekuni hobinya. Tapi jarang yang sudah memiliki usaha sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Apalagi, usaha yang dijalankan itu adalah rintisannya dan bukan warisan. Inilah yang dilakukan pengusaha muda, Dari alias Acai yang baru berusia 20-an tahun dan bergerak dalam bidang usaha cetak mencetak atau sablon digital di Jalan Sultan Mahmud No 13 Tanjungunggat.

Acai, begitulah sapaan akrab pemuda bertubuh ramping ini saat ditemui di markasnya yang tengah sibuk. Berulangkali tanya jawab harus terhenti, karena dia harus melayani pelanggan yang datang atau menyetel ulang mesin percetakan digital karena bahannya ada yang tak cukup. Walau seperti terkacah-kacah (kalang kabut, red), namun dia tetap mengerjakannya dengan tersenyum.
Dari perintahnya jelas terlihat gambaran, betapa kepuasan pelanggan menjadi sasaran akhir dari tegurannya itu. ”Bukan hanya kepuasan,” jawabnya. Soalnya kepuasan itu hanya sasaran antaranya. Sedangkan sasaran akhirnya adalah menjaga kepercayaan dari para pelanggan.Bisnis apapun tidak akan jalan, imbuh Acai, jika tidak ada kepercayaan.
Dengan dasar kepercayaan itu pula, Acai mampu memiliki mesin percetakan digital. Dalam waktu dekat ini, dia sudah mempersiapkan kedatangan satu unit mesin mesin percetakan digital lagi yang lebih canggih. Karena lebih canggih tentu saja harganya juga lebih mahal. Tapi dia yakin dengan terus menjaga kepercayaan pelanggan modalnya bisa kembali lagi.
Mula-mula dia hanya sekedar membantu sambil lebih serius mempelajari soal sablon menyablon itu sampai tamat SMP. Begitu masuk SMEA Pembangunan, dia tak mau menunggu lama, dan langsung memulai membuka usaha sablon di rumahnya. Pelan-pelan dia mulai memiliki pelanggan sampai akhirnya kewalahan menerima orderan hingga akhirnya dia harus merekrut pekerja untuk menjalankan usaha mesin percetakan digitalnya.
Segalanya dipelajari secara otodidak, mulai dari menyablon secara manual hingga menguasasi program canggih di komputer untuk mendisain bahan yang akan dicetak. Tak hanya menguasasi ilmu komputer, saat ini dia juga mampu menangani perbaikan mesin mesin percetakan digital dan semuanya juga dilakukan secara otodidak.
Dengan kemampuan yang dimiliki sejak dini, tak heran jika rasa percaya dirinya begitu besar, dan menurutnya percaya diri termasuk hal terpenting dalam bisnis. Selain, selalu menjaga kepercayaan pelanggan. Walaupun, sebenarnya dia sering juga mendapati pelanggan yang tidak bisa dipercaya.
Beberapa kali dia harus menanggung kerugian karena ulah pelanggan yang nakal. Seperti memberikan cek yang ternyata isinya kosong dan tidak bisa ***angkan. Ada beberapa pendekatan yang dilakukannya, jika mendapati pelanggan yang nakal seperti itu. Tapi dipastikannya itu tidak mengurangi kepercayaan yang diberikan kepadanya.
batampos.co.id

5 Kali Lipat Rezeki Digital Printing Offset Pencetak Alquran

Ramadan, selain bulan yang penuh berkah karena menjadi ajang untuk menghapus dosa-dosa kita setahun sebelumnya,ternyata juga mendatangkan rejeki bagi sebagian umat Islam. Salah satunya adalah pengusaha Digital Printing Offset percetakan Alquran.
Husin Nabha salah seorang pengusaha Digital Printing Offset percetakan Alquran di Jalan Panggung 90 Surabaya mengatakan masuknya bulan Ramadan biasanya akan diikuti dengan kenaikan permintaan Al Quran. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya bisa mencapai lima kali lipat. Pada hari biasa Husni mengaku mencetak Alquran sebanyak 1.000 eksemplar. Namun masuk bulan Ramadan ini Husni meningkatkan jumlah produksi Digital Printing Offset hingga 5 ribu eksemplar.
“Kebutuhan Alquran menjadi meningkat karena mungkin banyak orang yang menyumbangkan Alquran untuk masjid-masjid atau tempat pendidikan Alquran (TPA). Bahkan kemarin saya menerima pesanan 5.000 Alquran dari salah seorang bupati,” kata Husni.
Berbekal empat mesin cetak Digital Printing Offset manual merek Heidelberg buatan Jerman tahun 1970-an Husni sudah menjalani bisnis percetakan sejak 1982. Kata Husni, bisnis percetakan Alquran ini adalah bisnis Digital Printing Offset yang tahan banting. Meski tak bisa dikatakan mendatangkan untung yang banyak, tapi bisnis Digital Printing Offset percetakan Alquran dianggap dapat menutup kebutuhan sehari-hari.
Selain Husni masi ada lagi sekitar empat Digital Printing Offset percetakan Alquran di Jalan Panggung ini. Sekedar diketahui Jalan Panggung Surabaya ini memang kota tuanya Surabaya dan kebetulan berdekatan dengan makam Sunan Ampel Surabaya.
ramadan.okezone.com

Peluang & resiko bisnis penyewaan alat tambang


JAKARTA – Bisnis penyewaan alat pertambangan diprediksi akan berkembang. Pasalnya, pascaberakhirnya masa transisi, pemegang izin usaha pertambangan (IUP) tidak boleh menyerahkan pekerjaan penambangan ke kontraktor.
“Pemegang IUP mesti bersiap-siap. Karena pada 2012, proses mendapatkan (getting) batubara dan mineral mesti dikerjakan sendiri, apakah dengan alat yang dibeli sendiri maupun sewa,” kata Nur Hardono, kepala Subdit Usaha Jasa Pertambangan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Ditjen Mineral, Batubara, dan Panas bumi (Minerbapabum) Kementerian ESDM, di Jakarta,baru-baru ini.
Nur Hardono mengatakan, pasca terbitnya UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), terutama pasal 124 ayat 3, disebutkan, kegiatan pertambangan tidak boleh diserahkan kepada kontraktor/jasa pertambangan, melainkan harus dilakukan sendiri oleh pemegang IUP. Namun, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 28/2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Minerba, diatur bahwa hanya penambangan saja yang tidak boleh dilakukan kontraktor.
“Coal getting dan mineral getting harus dilakukan sendiri oleh pemegang IUP. Sedangkan pekerjaan overburden dan stripping serta pengangkutan boleh diserahkan ke jasa pertambangan. Sekarang sebagian dari mereka (pengusaha tambang) sudah mengajukan perizinan kegiatan usaha persewaan peralatan,” ujar Nur Hardono.
Menurut Nur Hardono, hadirnya Permen ESDM No 28/2009 untuk menyelamatkan kegiatan usaha jasa pertambangan, yang memiliki efek berganda cukup besar secara ekonomi. Pemberlakuan permen tersebut juga disertai masa transisi hingga 2012, guna menunggu kesiapan pemegang IUP masa transisi diberikan, jelas Nur
Hardono, karena pemerintah cukup memahami bahwa membeli alat berat bukan perkara mudah.
Selain biaya investasinya mahal, untuk mendapatkannya pun mesti antri. Contohnya, untuk membeli haul truck tipe 875 harus menunggu (inden) selama dua tahun. “Kalau dipaksakan tanpa masa transisi, sudah pasti akan mengganggu operasi produksi,” kata Nur Hardono.
Nur Hardono mengungkapkan, ada kontraktor pertambangan yang sudah memesan 200 truk tambahan. Hal itu menunjukkan banyak pemegang IUP yang akan menyewa alat, dan akan menjadi diversifikasi yang baik bagi sektor jasa pertambangan. (her)

Peluang & resiko bisnis pengolahan limbah

Peluang Bisnis Pengolahan Limbah B3 Sangat Besar
Selasa, 24 Februari 2009
JAKARTA--MI: Direktur Utama PT Siskem Aneka Indonesia (Siskem), Syauki Amin, mengatakan, peluang bisnis pengolahan limbah B3 (Bahan beracun dan berbahaya) masih sangat besar.

"Nilai bisnis dan peluang bisnis pengolahan limbah B3 sangat besar. Dan waktu kembalinya investasi juga cepat," kata Syauki disela-sela diskusi Peluang Binis Limbah B3 Berbasis Teknologi yang diselenggarakan di Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) di Jakarta, Selasa (24/2).

Sedangkan pemain pada bisnis ini sangat sedikit, misalnya PT PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) di Bogor.  "Peluang bisnis pengolahan limbah B3 ini tergantung dua hal yaitu kandungan limbahnya apa dan berapa volume limbahnya. Kandungan limbah misalnya mengandung emas, kobalt atau nikel. Kalau volume misalnya limbah minyak atau oli berapa ton volumenya," katanya.

Syauki menyebutkan, ada 10 jenis limbah B3 yang berpeluang bisnis besar antara lain limbah galvanis/HCl, limbah elektronik PCB (printed circuit board), minyak pelumas bekas, limbah industri tekstil, "copper smelter", smelter besi dan baja, refinery minyak bumi, .

Dari data Status Lingkungan Hidup Indonesia 2005, ada 7 perusahaan ekspor limbah B3 antara lain PT Kramapadma Tekslumni yang mengekspor 1.770 ton Spent Ni catalyst ke Estonia, PT Astra Graphia yang mengekspor 160 ton Use Xerox Supplies ke Australia, PT Panasonic Baattery Batam yang mengekspor 70 ton limbah Ni, Cd, Ni, MH dari batere bekas ke Jepang.

Sedangkan permasalahan pada bisnis limbah B3, katanya, antara lain pengolahan memerlukan teknologi dan biaya, sebaran industri yang tidak merata, kesadaran yang masih kurang, sosialisasi peraturan limbah B3, dan birokrasi di pusat dan daerah.

Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Urusan Pengendalian Limbah B3 KLH, Dasrul Chaniago menjelaskan, sesuai dengan pasal 40 PP no.18 /1999 tentang Pengolahan Limbah B3, setiap badan usaha yang melakukan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab.

Pasal 40 juga menyebutkan, pengangkut limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri Perhubungan, dan badan usaha yang melakukan pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki izin pemanfaatan dari instansi yang berwenang.

Sedangkan pasal 43 PP No.18 /1999 menyebutkan, kegiatan pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan, dan atau penimbunan limbah B3 wajid dibuatkan Amdal (analisa mengenai dampak lingkungan).

Dasrul mengatakan, KLH telah mengeluarkan 1.200 izin terkait limbah B3 dimana 40 persennya atau 280 izin untuk penyimpanan sementara limbah B3, sekitar 100 izin untuk pengangkutan limbah B3, sekitar 40 izin untuk incenerator, 25 izin untuk pemanfaatan pengolahan limbah B3 dan 60 izin untuk bisnis pengolahan limbah B3. (Ant/OL-03)

Selasa, 09 November 2010

Tips ke Toko Elektronik

Tips ke  Toko Elektronik

Berikut tip untuk memperoleh barang elektronik yang sesuai keinginan.
1. Cari informasi sebanyak-banyaknya dari sisi buruk dan baiknya produk yang akan anda beli di toko elektronik, karna dengan begitu anda tidak akan menyesal apabila ada fitur yang tidak anda sukai.
2.Cobalah perangkat elektronik tersebut sebelum memutuskan untuk membelinya.
3.Pilihlah tempat / toko elektronik yang menyediakan aneka produk agar anda bisa membandingkan produk satu dengan yang lainnya.
4.Pilihlah produk yang memfasilitasi garansi produk langsung dari merk bersangkutan. Karena dengan garansi anda akan tenang akan rusaknya alat tersebut.
5. Ajak teman anda ke toko elektronik terutama yang mengerti produk tersebut untuk membantu anda dalam memilih produk yang baik.Dengan begitu anda tidak akan bimbang dalam memilih.
6. Usahakan jangan terbuai oleh iklan obralan .
7. Pilihlah toko elektronik yang terpercaya,dan aman untuk bertransaksi

Kamis, 04 November 2010

Peluang & resiko bisnis pendidikan


Bisnis pendidikan adalah bisnis yang paling menguntungkan

Pendidikan, sebagaimana konsultan, sebagaimana arsitek adalah usaha berbasis jasa. Tidak ada produk yang dihasilkan, jualannya adalah konsep, oret-oretan, saran dll dkk yang pada tingkat-tingkat tertentu terlihat sangat abstrak. Misalnya konsultan untuk strategi pemasaran, hasil oret-oretan mengenai bagaimana seharusnya perusahaan menjual barang bisa dihargai sangat mahal. Tapi bagaimana dengan dampaknya, apakah sebanding? bagaimana pengendalian mutunya? pada prakteknya hal ini sangat sulit untuk diukur.
Kemarin sewaktu pulang ke Cirebon, ada beberapa institusi pendidikan disekitar rumah, salah satunya adalah Yasmi (Yayasan Martha Indonesia) disekolah ini terdapat Akpar (Akademi Pariwisata), Akbank (Akademi Perbankan) dan D1, D2 Ekonomi. Agak miris melihat kondisi kampus yang sepi, mahasiswa yang tahun ini bisa belasan orang, tahun sebelumnya tidak ada, tahun depan tidak tentu ini.
Herannya, dengan kondisi dan kualitas pendidikan seperti ini, bisnis pendidikan tetap lancar. Tetap membuka penerimaan baru, tentunya dengan janji-janji lulusannya dimana.
Apr 12, '07 5:15 PM
by Ahmad for everyone
AHMAD GIBSON AL-BUSTOMI

SECARA teoretis tidak bisa disangkal bahwa biaya pendidikan atau penyelengaraan pendidikan sangatlah tinggi. Asumsi ini paling tidak hidup di benak kalangan profesional dan para ahli pendidikan. Semakin tinggi biaya pendidikan, semakin tinggi kualitas pendidikan.

Sepertinya asumsi ini perlu dipertanyakan ulang. Mungkin benar bahwa semakin tinggi biaya pendidikan semakin tinggi pula kualitas pendidikan, akan tetapi sulit dan mahalkah pendirian lembaga pendidikan? Pertanyaan itu pernah terlontar dalam sebuah obrolan sambil lalu yang tiba-tiba menjadi sangat serius. Seorang teman jebolan perguruan tinggi luar negeri menceritakan mahal dan rumitnya penyelenggaraan lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan tinggi. Yang lain mengungkap sejumlah sarat, prasarat, serta sarana yang mesti disediakan, secara teoretis tentunya. Pokoknya penyelenggaraan pendidikan tinggi bukan sesuatu yang bisa dilakukan sambil lalu.

Di tengan pembicaraan yang serius tersebut, tiba-tiba salah seorang teman tertawa terbahak-bahak. Ia bilang bahwa mendirikan lembaga pendidikan itu murah dan mudah. Cukup mempunyai yayasan dan beberapa lokal kelas. Bahkah, bila membangun lokal kelas masih dianggap terlalu mahal dan tidak ada dananya, bisa nebeng (ngontrak, sewa) lokal kelas dari sekolah yang ada. Kurikulum dan tetek bengek konsep sistem pendidikan yang akan didirikan tinggal menjiplak dari lembaga pendidikan yang telah berdiri. Praktis, mudah dan murah! Tidak perlu survei atau studi kelayakan segala macam. Mendirikan TK, sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi, sama saja. Perbedaannya tidak seberapa! Urusan kualitas? Siapa yang peduli dengan kualitas, toh orang hanya peduli dengan ijazah! Dari pada ijazah palsu, mendingan ijazah yang asli kalau pun dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang bangunannya ngontrak!

Betulkah sedemikian murahnya mendirikan lembaga pendidikan? Ketika itu obrolan menjadi simpang-siur antara persolan penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan bisnis pendidikan. Selama ini, wacana tentang bisnis pendidikan selalu dianggap tabu. Bahkan, tidak lama berselang, demo antibisnis pendidikan, bersamaan dengan itu media massa menyorot tajam persoalan tersebut yang didasarkan pada sejumlah indikasi. Yaitu tingginya biaya pendidikan yang disebabkan pengurangan subsidi pendidikan sebagai konsekuensi dari realisasi otonomi pendidikan.

Kini, dengan diterapkannya kebijakan otonomi pendidikan, yang semakin diperkecil dan akhirnya ditiadakannya dana (subsidi) pendidikan, secara konsekuensional bisnis pendidikan menjadi isu yang mengemuka dengan sendirinya. Dengan kata lain, pergeseran lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial non-profit (nirlaba) menjadi lembaga yang mau tidak mau harus mempertimbangkan kemungkinan profit yang lebih besar. Bila tidak, ia akan mati dengan sendirinya, karena tidak bisa membiayai aktivitas pendidikannya. Persoalan ini, pada akhirnya bukan hanya berlaku bagi lembaga pendidikan swasta akan tetapi juga lembaga pendidikan negeri. Atau lebih tepatnya tidak ada lagi lemabaga pendiidkan (sekolah) negeri atau pun swasta.

Bisnis pendidikan, persoalan itu yang kemudian mencuat ke permukaan. Etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan dalam keterpurukan bangsa ini. Atau lebih substansial lagi, etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan? Atau, apakah aktivitas penyelenggaraan pendidikan layak dianggap sebagai barang jasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi?

Bila pendirian lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh yayasan pendidikan dengan tanpa memiliki lembaga usaha yang menopang pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tersebut, atau bahkan lembaga pendidikan itu sendirilah yang menjadi penopang dana yayasan tersebut, mana bisa kita menyebut bahwa dasar pendirian lembaga pendidikan bahkan pendirian yayasan tersebut sama sekali bersifat nirlaba, bukan bisnis.

Dengan kata lain, lembaga pendidikan tersebut bukan didirikan dan diselenggarakan sebagai dimensi sosial dari suatu perusahaan besar, melainkan lembaga pendidikan itu merupakan perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain, pendirian lembaga pendidikan benar-benar didasarkan pada orientasi bisnis. Lebih tegas lagi, boleh disebutkan bahwa ada kemungkinan pendirian yayasan pendidikan tidak lebih sekadar kedok untuk mendirikan bisnis pendidikan. Kedok etik dan menghindari besarnya pajak yang harus dikeluarkan.

Ratusan ribu lebih lembaga pendidikan di Indonesia, dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, namun berapa persenkah (bila ada) dari lembaga pendidikan itu didirikan sebagai "kerja" yayasan yang ditopang oleh perusahan besar? Katakan seperti funding (yayasan) yang didirikan oleh perusahaan raksasa. Maka wajar kalau pun ada, yayasan pendidikan yang benar-benar murni nirlaba, karena ia tidak memiliki sumber dana yang memadai, lembaga tersebut dengan terpaksa berjalan tertatih-tatih hidup dengan dana yang sangat minim dari SPP, atau sumbangan lain yang tidak tentu dan tidak seberapa.

Yayasan pendidikan seperti ini terlahir dari keprihatinan komunitas kecil yang didorong karena tidak ada atau minimnya sekolah di daerahnya. Atau, keprihatinan terhadap sistem pendidikan nasional yang tergambar dari kurikulumnya, yang meraka anggap terlalu barat dan tidak memanusiakan. Yayasan seperti ini biasanya didirkan oleh komunitas majelis taklim atau pesantren yang berada daerah, atau kota-kota kecil. Bukan bisnis.

Dengan demikian, kesadaran nilai penting dan vitalnya institusi dan sarana pendidikan bukan hanya sekadar disadari oleh masyarakat Indonesia, bahkan mereka ikut serta secara aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan, yang kadang tanpa mempertimbangkan kelayakan dan standar "formal" pendidikan yang didirikannya. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pendirian lembaga pendidikan yang mereka lakukan lebih didasarkan pada kesadaran moral belaka, bukan didasarkan pada profesonalisme.

Bila menjamurnya penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan pada orientasi bisnis, apalagi kecenderungan tersebut diperkuat oleh adanya gerakan otonomi lembaga pendidikan di mana setiap lembaga pendidikan (termasuk lembaga pendidikan negeri) dituntut untuk menghidupi dan membiayai diri sendiri, maka bisnis di sektor pendidikan bukan lagi merupakan sesuatu yang mesti dianggap tabu dan tidak etis.

Persoalannya bagaimana kode etik dan prinsip-prinsip bisnis di sektor pendidikan ini dirumuskan, sehingga tidak mengabaikan kualitas pendidikan. Bahkan, bagaimana logika bisnis sektor pendidikan ini dirumuskan di atas prinsip, penyelenggaraan pendidikan dengan biaya serendah-rendahnya dengan kualitas setinggi-tingginya, dan bukan sebaliknya.

Secara umum pengelola lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan negeri yang tidak memiliki pengalaman mencari, mengolah dan mengelola dana secara mandiri, benar-benar kelimpungan. Di satu sisi mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk bisa survive, di sisi lain mereka berhadapan dengan beban etik dan fakta bahwa mereka sama sekali tidak memiliki pengalaman bisnis dan memasarkan lembaga pendidikannya.

Fenomena bisnis di sektor pendidikan pada akhirnya harus dilihat sebagai sebuah kemungkinan dan kesempatan yang positif, baik dari sisi praktis maupun sisi pengembangan khasanah teori-teori dan bidang ilmu pendidikan. Pada sisi praktis, bisnis ini memungkinkan lahirnya lapangan kerja yang profesional, baik pada bidang manajemen pendidikan, ekonomi pendidikan, pemasaran dan advertising dan lain sebagainya, serta akan meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan tersebut untuk survive.

Dan secara akademik lahirnya cabang ilmu pengatahuan yang baru, yang berkenaan dengan kepentingan praktis tersebut menjadi mutlak adanya.
Dan untuk itu, diperlukan suatu kajian yang spesifik dalam bidang tersebut, dan bukan mustahil untuk didirikannya progran studi yang relevan. Dengan adanya komunitas profesional dalam bidang tersebut, maka lahirnya kecenderungan dan tuntutan bisnis atau wirausaha dalam sektor pendidikan sedikit banyaknya bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan profesional.

Dengan demikian perguruan tinggi dan fakultas pendidikan memungkinkan untuk melebarkan sayapnya ke wilayah yang lebih luas. Bukan hanya berkisar pada persoalan proses, sarana dan metode pendidikan serta persoalan konvensional lainya, akan tetapi juga bisa berbicara pada wilayah yang lebih luas dan menjanjikan. Studi di fakultas atau perguruan tinggi bidang pendidikan bukan hanya sebatas untuk menjadi guru atau ahli dalam bidang pendidikan (dalam pengertian konvensional), akan tetapi juga menjadi ahli ekonomi, bisnis dan manajemen pendidikan yang memiliki peluang dan keahlian untuk membangun suatu industri pendidikan yang memiliki peluang ekonomi yang lebih menjanjikan.

Civitas akademika sebuah lembaga pendidikan yang selama ini sering dipandang sebagai insan pengabdi (komunitas dan masyarakat Umar Bakri) yang dianggap berseberangan dengan kepentingan-kepentingan untuk meningkatkan taraf ekonomi yang layak, bukan mustahil mampu menyejajarkan dengan komunitas wirausahawan (pelaku bisnis). Dengan meningkatnya taraf hidup mereka, "barangkali" bisa diharapkan pengabdian dan profesionalisme Umar Bakri ini meningkat karena mereka bisa lebih concern dengan profesinya, tidak perlu mencari tambahan dari kiri dan kanan. Insya Allah.***



Mendefinisikan Perguruan Tinggi Idaman

Mendefinisikan perguruan tinggi idaman, rangkaian kata yang terlintas tidak jauh dari kelulusan Sekolah menengah atas. Kata itu juga pernah terlintas dalam pikiran saya ketika menginjak bangku kelas 3 SMA dulu, dan juga kata itu sering disebut oleh teman-teman SMA ketika menginjak kelas 3, apalagi ketika sudah mendekati kelulusan. Begitupun siswa sekarang ketika mendekati ujian kelulusan pasti banyak terlintas tentang prguruan tinggi terbaik.

Siswa yang lulus dari SMA masih bayak yang bingung untuk memilih kemana setelah lulus nanti, langsung mencari kerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi. Berbicara memilih perguruan tinggipun masih banyak yang bingung harus memilih kemana, memilih jurusan apa yang cocok dan baik pada universitas idaman nanti.

Siswa yang lulus dari SMA dan sederajat yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta idaman haruslah mempertimbangkan dengan matang.Perguruan tinggi memiliki materi dan sistem pembelajaran yang berbeda, sehingga dalam memilih jurusan kuliah pun harus mempertimbangkan berbagai hal.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan para siswa yang telah lulus SMA dalam memilih perguruan tinggi favorit Indonesia. Sebelum memilih perguruan tinggi terbaik, carilah informasi sebanyak mungkin tentang gambaran dari berbagai macam perguruan tinggi negeri favorit Indonesia maupun perguruan tinggi swasta favorit Indonesia, misalnya Universitas Islam Indonesia. Informasi itu cukup mudah diperoleh, misalnya : teman,saudara,tetangga,brosur,internet dan lain-lain. Dengan mencari informasi yang banyak bisa lebih mudah dalam memilih perguruan tinggi dan jurusan yang tepat bagi siswa. Setelah mendapatkan informasi tentang perguruan tinggi , barulah siswa menentukan perguruan tinggi idaman yang akan dijalani,tetapi tetap mempertimbangkan berbagai hal, diantaranya:
  1. Ukur kemampuan, dengan mengukur kemampuan diri siswa tidak akan salah memilih untuk menempati perguruan tinggi idaman dan tidak akan menyesal di kemudian.
  2. Minat,Bakat dan Cita-cita, dalam memilih jurusan di perguruan tinggi idaman sesuaikan bakat, minat dan cita-cita yang menuju profesi atau pekerjaan yang diinginkan.
  3. Tempat dan Biaya, pertimbangkan dalam memilih perguruan tinggi idaman dengan melihat kemampuan ekonomi masing-masing. Janganlah memaksakan diri dalam memilih perguruan tinggi idaman yang biaya kuliah tidak sesuai dengan kemampuan, karena nantinya bisa beresiko putus ditengah jalan. Dan pilihlah tempat perguruan tinggi yang juga tidak memberatkan ketika kuliah nanti, pilih kota yang biaya hidup rendah atau sesuai dengan kemampuan, kalau perlu pilih yang lebih dekat dengan tempat tinggal
  4. Profesi atau Pekerjaan, dalam memilih perguruan tinggi idaman haruslah melihat kedepan setelah lulus nanti, apakah jurusan dan perguruan tinggi tersebut bisa mendukung untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Walaupun latar belakang jurusan maupun perguruan tinggi tidak mutlak mempengaruhi dalam memperoleh pekerjaan, namun bisa juga menjadi bahan pertimbangan, karena para alumni yang sudah sukses akan mempertimbangkan juga kepada juniornya dalam memilih karyawan baru.
Dengan mempertimbangkan beberapa hal diatas, mungkin bisa dijadikan referensi dalam memilih perguruan tinggi idaman, sehingga siswa tidak salah dalam mendefinisikan perguruan tinggi idaman dan bisa tepat dalam memilih perguruan tinggi nanti.

Artikel By Hobi Bisnis untuk Lomba Blog UII




STIE-Bisnis Indonesia
Terimakasih anda telah mempertimbangkan STIE-Bisnis Indonesia sebagai salah satu tujuan pendidikan tinggi Anda. Dengan belajar di STIE-Bisnis Indonesia, Anda akan menjadi bagian dari sistem pendidikan yang dinamis, dan berwawasan global, sesuai dengan visi dan misi kami yaitu “Menjadi Sekolah Tinggi Bisnis bertaraf nasional dan international dalam lingkup ASEAN, serta menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang bisnis secara ilmiah dan professional untuk memenuhi kebutuhan dunia bisnis dalam lingkup nasional dan international.

Didukung oleh tenaga pengajar yang professional dan kompeten di bidangnya, serta didukung oleh fasilitas perkuliahan yang lengkap dan nyaman, seperti lab.komputer, fasilitas internet, perpustakaan dan lain-lain, serta kurikulum yang dirancang sesuai dengan kondisi real di dunia kerja, maka STIE-Bisnis Indonesia sebagai institusi pendidikan siap untuk menghasilkan dan mengembangkan lulusannya sebagai sosok eksekutif perusahan maupun pelaku bisnis yang mampu menghadapi kompleksitas perubahan ditingkat nasional, regional, maupun global. Yang sesuai dengan motto : “STIE-Bisnis Indonesia for Your Better and Brighter Future”

STIE-Bisnis Indonesia berkomitmen dalam pengembangan dan penyusunan program perkuliahan, yang didesain untuk mengakomodasi kebutuhan nyata dunia bisnis yaitu metode analisa dan keterampilan manajerial untuk melakukan analisa, identifikasi dan pemecahan masalah bisnis serta pengembangan sikap mandiri dan kemampuan kerjasama sehingga lulusannya mampu mengaplikasikan ilmunya ditempat kerja maupun berwira-usaha.

Selain itu STIE-Bisnis Indonesia juga memiliki LPPM dan Research Center serta Lembaga Penerbit yang secara rutin menerbitkan Jurnal Ilmiah yang sangat membantu mahasiswa dalam mengikuti program perkuliahan.

Kami berharap Anda mempertimbangkan untuk bergabung dengan Institusi STIE-Bisnis Indonesia dan merasakan atmosfir dan lingkungan kuliah di kampus kami yang dinamis dan inovatif dan menikmati fasilitas perkuliahan yang kami tawarkan.

Bisnis Perguruan Tinggi Kelas Dunia

Informasi tentang perguruan tinggi di Indonesia yang masuk perguruan tinggi kelas dunia seperti ITB, UI dan UGM cukup membesarkan hati. Walau masih berkutat pada ranking ratusan tapi ini menjadi modal dasar motivasi untuk bisa menjadi perguruan yang lebih baik di dunia. Ranking 90-an sudah dicapai ITB untuk kategori perguruan tinggi bidang IT dan rekayasa. Ini tentu sangat membanggakan.
Secara keseluruhan, ranking perguruan tinggi di Indonesia masih jauh dari daftar ranking dunia. Ini artinya kualitas perguruan tinggi di Indonesia belum merata. Tapi ada fenomena menarik dari dikeluarkannya daftar ranking perguruan tinggi di dunia dari berbagai lembaga survei dengan bermacam-macam cara penilaian. Sah-sah saja mereka melakukan ini, tapi apakah kita semua sadar dan paham bahwa maksud dari perankingan ini sebenarnya tidak jauh dari kata bisnis.
Iya, bisnis perguruan tinggi kelas dunia. Tanpa kita sadari, masyarakat dunia digiring pada persepsi bagaimana memilih perguruan tinggi kelas dunia. Ini tentu saja sangat menguntungkan perguruan tinggi yang masuk ranking dunia, apalagi bagi perguruan tinggi papan atas. Oleh sebab itu dari sisi bisnis, pemerintah Indonesia khususnya mesti termotivasi dengan adanya sistem perankingan ini. Ini terkait dengan anggaran pendidikan. Semakin tinggi anggaran pendidikan bagi perguruan tinggi di Indonesia maka semakin besar tercipta perguruan tinggi kelas dunia.
Rencana kenaikan anggaran pendidikan mulai anggaran tahun 2009 menjadi 20% akan menjadi titik awal untuk ‘merekrut’ perguruan tinggi selain ITB, UI dan UGM untuk segera berbenah diri. Berbenah di segala lini aktifitas akademik sehingga kualitas perguruan tinggi bersangkutan akan dicap berkualitas kelas dunia. Jika perlu, DIKNAS membentuk komisi pendidikan nasional yang bertugas untuk membuat ‘road map’ perguruan tinggi kelas dunia. Ada target-target terukur sehingga suatu perguruan tinggi dapat mencapai kualitas kelas dunia.
Semakin banyak perguruan tinggi kelas dunia bermunculan di Indonesia akan menjadikan bisnis pendidikan di Indonesia bahkan di Asia Tenggara (minimal) semakin bergairah. Menggairahkan masyarakat Asia Tenggara untuk berbondong-bondong ke Indonesia mencari perguruan tinggi kualitas kelas dunia. Kenapa tidak? Ini sangat mungkin terjadi! Jadikan pencapaian perguruan tinggi kelas dunia sebagai ajang kompetisi antar perguruan tinggi di Indonesia. Tentu kompetisi yang positif dan membangun. Tentu sangat diharapkan semua ini bisa terjadi.
Hampir setiap tahunnya, antara bulan Juli sampai dengan September, setiap mahasiswa baru sebuah perguruan tinggi, akan memulai kehidupan barunya di dalam dunia kampus, yang tentunya sedikit banyak akan berbeda dengan masa-masa sekolah yang telah dijalaninya. Dimulai dari adanya acara pengenalan kampus, yang terkadang dibumbui dengan acara yang sedikit berbau “penggojlogkan” (semoga katanya benar), kemudian dilanjutkan dengan pengenalan sistem perkuliahan dan sebagainya.
Sebelum memasuki dunia kampus, para mahasiswa baru tersebut tentunya memilih salah satu kampus yang akan dimasukinya dari sekian ratus bahkan ribu perguruan tinggi yang ada, dengan berbagai macam alasan pula. Ada yang memilihi berdasarkan kualitas, jurusan yang diminati, pilihan orang tua, ikut-ikut teman, citra / nama besar perguruan tinggi tersebut, bahkan ada yang memilih dikarenakan gedungnya yang bagus. Bermacam-macam sekali alasan yang dikemukakan oleh para calon mahasiswa baru tersebut, yang terkadang sering membuat kita tersenyum.
Adakah Jaminan kesuksesan di Perguraun Tinggi
Dari sisi perguruan tinggi pun, hampir sama. Mereka berlomba-lomba mencoba untuk menawarkan apa yang menjadi program dan keunggulan yang mereka miliki, kepada para calon mahasiswa. Mereka sudah terlihat seperti seorang pebisnis yang menjual apa yang menjadi produk mereka kepada calon mahasiswa. Terutama bagi sebuah perguruan tinggi baru atau sebuah perguruan tinggi yang ingin melebarkan sayapnya, mereka mengeluarkan banyak pengeluaran pemasaran demi mendapatkan para mahasiswa baru. Sudah bukan rahasia umum lagi, jika perguruan tinggi pun sudah menjadi ajang bisnis baru bagi perekonomian global.
Salah satu hal penting yang sering di jadikan faktor dalam memilih perguruan tinggi adalah apa yang saya dapatkan di perguruan tinggi dan bagaimana setelah saya lulus ? Sehingga tidak salah, banyak perguruan tinggi yang menjanjikan “sesuatu” seperti jaminan kerja bahkan jaminan kesuksesan setelah lulus dari perguruan tingginya itu. Namun kesuksesan seperti apakah yang ditawarkan ? Definisi sukses saja terkadang, tiap orang memandangnya dengan tidak sama. Bagaimana sebuah perguruan tinggi bisa menjamin kesuksesan dari setiap orang ?
Sekolah ataupun sebuah perguruan tinggi memang sudah menjadi ajang bisnis. Namun pendidikan bukanlah sekedar ajang bisnis biasa, namun merupakan ajang salah satu pencapaian cita-cita dari mahasiswanya sendiri. Mengapa mereka kuliah ? Tentu bukan sekedar ajang menimba ilmu, namun merupakan salah satu cara yang mereka anggap sebagai salah satu kunci kesuksesan. Sangatlah bahaya, apabila ternyata sebuah perguruan tinggi tersebut ternyata tidak mampu memberikan apa yang menjadi keinginan maupun cita-cita dari mahasiswanya. Kalau sebuah barang, ada isitilah garansi dengan menukarnya dengan barang baru lainnya, nah bagaimana dengan perkuliahan ? Kalau hanya sekedar membalikkan biaya yang telah dikeluarkan tentu bisa, namun apakah sebuah perguruan tinggi bisa mengganti waktu yang telah ditempuh oleh mahasiswanya ?
Sebuah perguruan tinggi yang besar dan punya nama mentereng pun, tidak bisa menjamin bahwa mahasiswanya akan sukses. Mengapa ? Bagaimana dia bisa memantau mahasiswanya jika setiap angkatan saja, perguruan tinggi tersebut menerima hampir puluhan ribu mahasiswa ? Bahkan ada dosen wali / pembimbing, yang membawahi mahasiswanya hampir ratusan orang. Mengurusi kerjaannya saja sudah setengah mati, apalagi mengurusi dan mengawasi mahasiswanya ? Apakah hanya dengan memberikan perkuliahan di kelas saja, bisa menjamin kesuksesan setiap mahasiswanya ? Tidak hanya sekedar itu, banyak faktor yang harus diperhatikan. Sebuah perguruan tinggi yang memiliki kualitas baik, bukanlah sebuah perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa yang sangat banyak. Belum tentu jumlah mahasiswa banyak, berarti kualitasnya baik. Begitu pula sebaliknya.
Perguruan tinggi bukanlah sekedar ajang bisnis. Jangalah memperlakukan mahasiswanya sebagai komoditas bisnis, namun jadikanlah perguruan tinggi menjadi suatu bisnis yang dilakukan dengan “hati nurani”. Yang mampu memelihara, membina bahkan mendidik mahasiswanya menjadi lulusan yang punya hati. Perguruan tinggi yang baik adalah perguruan tinggi yang mampu mengakomodir / memfasilitasi, apa yang menjadi cita-cita kesuksesan dari mahasiswanya dan mampu mendidik mereka menjadi lulusan yang punya “hati nurani”, bukan hanya menjadi lulusan yang menambah jumlah pengangguran.
Jadilah perguruan tinggi yang mampu menjadi wadah bagi pengembangan cita-cita mahasiswanya