Laman

Rabu, 28 Maret 2012

Survival Strategy Di Era Harga Minyak Tinggi…

Beberapa hari ini hampir seluruh kota besar Indonesia diramaikan oleh berbagai aksi demonstrasi menentang harga minyak yang konon akan segera naik. Terlepas dari apakah upaya menentang kenaikan tersebut akan membuahkan hasil atau tidak, tetapi yang jelas cepat atau lambat masalah energy ini memang harus bijak disikapi. Ada yang perlu disikapi secara nasional, biarlah ini menjadi urusan para pemimpin dan wakil kita untuk memutuskannya – mudah-mudahan mereka memutuskannya dengan hati. Tetapi ada juga yang keputusannya ada di tangan kita, mengapa tidak kita mulai memikirkannya ?.



Diputuskan kapanpun kenaikan harga BBM ini apakah dalam waktu dekat atau masih bisa ditunda, yang jelas kenaikan harga barang-barang sudah mendahului merangkak naik. Bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap, tentu ini menjadi sebuah pukulan yang berantai. Dia bukan hanya akan membayar ongkos transportasinya yang semakin mahal – tetapi juga ongkos untuk membeli kebutuhan sehari-harinya menjadi semakin mahal.



Sementara perusahaan tempat kerja kecil kemungkinannya untuk bisa serta merta menaikkan gaji para pekerjanya, karena mereka sendiri akan juga dipusingkan oleh naiknya ongkos produksi.



Tetapi apakah tidak ada jalan keluar untuk mengatasi masalah ini ?, mestinya selalu ada, bila kita mau bersungguh-sungguh mencari jalannya. Berikut adalah beberapa diantaranya yang bisa Anda coba lakukan untuk bisa survive ketika harga minyak toh akhirnya diputuskan naik.



Prinsip dasar dari solusi ini ada dua yaitu yang pertama menurunkan kebutuhan Anda khususnya pada ongkos transportasi. Yang kedua adalah menaikkan income Anda sehingga mampu mengungguli kenaikan biaya-biaya transportasi dan kebutuhan hidup lainnya. Bisakah ?, InsyaAllah bisa.



Seiring dengan perkembangan teknologi internet berkecepatan lumayan tinggi yang mudah di akses dari manapun tempat tinggal Anda – mestinya sudah sangat banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah. Sehingga tidak harus terjadi berjuta-juta orang berjejalan ke pusat kota setiap hari hanya untuk melakukan pekerjaan rutin – yang sama baiknya bila dikerjakan di rumah.



Anda bersama perusahaan atau instansi tempat Anda kerja sudah waktunya memikirkan dan merundingkan hal ini. Banyak yang harus dirubah memang, selain system penilaian kinerja yang harus bisa berjalan efektif – faktor budaya juga harus dipersiapkan. Tetapi inilah cara yang masuk akal untuk menekan biaya transportasi, biaya energy untuk listrik kantor, biaya makan siang di kantor, biaya pakaian dan berbagai biaya lainnya.



Yang kedua bagaimana Anda bisa menaikkan pendapatan secara halal bila Anda seorang pegawai yang waktunya sudah full untuk pekerjaan Anda sekarang ?. Lagi-lagi salah satunya adalah tengoklah teknologi !.



Ada sekitar 50 – 60 juta pengguna internet di Indonesia saat ini, mereka mulai familiar mencari segala sesuatu via internet. Dari mencari mobil, rumah sampai juga kebutuhan sehari-hari bisa dicari disana.



Ketika orang berbelanja lewat internet, mereka tidak mengenal kendala waktu dan ruang – bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Jualan lewat internet juga menjadi cara yang mudah untuk mulai bisa berjualan – bagi orang yang tidak terbiasa berdagang dan menawarkan barang sekalipun.



Teknologi internet kini telah menjadi penggerak ekonomi yang luar biasa, karena teknologi ini mendorong dan mempercepat perdagangan – maka dampaknya juga tentu mempercepat produksi. Sumber daya yang selama ini idle, tiba –tiba bisa digerakkan menjadi mesin ekonomi yang canggih dengan teknologi yang satu ini.


Istri Anda yang selama ini di rumah-pun bisa tiba-tiba menjadi faktor produksi yang luar biasa, sambil menjalankan peran utama mereka mendidik anak dan melayani suami – mereka bisa membantu meningkatkan penghasilan rumah tangga Anda di sela-sela kesibukannya.



Bila kita bisa menekan biaya transportasi, pada saat yang bersamaan bisa menaikkan penghasilan keluarga – insyaallah kita tidak akan mencemaskan apapun yang nantinya diputuskan pemerintah dalam masalah BBM ini. Insyaallah.

by owner gerai dinar

Senin, 19 Maret 2012

The Day the Dollar Died...

Bagi yang akses internetnya cukup baik, Anda bisa langsung nonton clip film dengan judul The Day the Dollar Died tersebut dengan click disini. Menurut cerita si penulis scenario clip film tersebut, US Dollar akan mati dalam 12 jam mengikuti sequence yang sangat masuk akal berikut :

1) Quantitative Easing 4
Kita tahu bahwa sampai saat ini the Fed-nya Amerika sudah sampai melakukan Quantitative Easing 2 (QE 2). Karena mereka merasa tindakan penyelamatan ekonomi dengan mencetak uang dari awang-awang ini adalah tindakan yang benar, maka sangat mungkin mereka akan melakukan QE 3, QE 4 atau bahkan QE-QE berikutnya.

2) Response China
Sebagai negara yang memegang asset berupa surat hutang dalam US$ yang terbesar,
cepat atau lambat toleransi China pasti akan ada batasnya juga – bahwa pada suatu titik mereka tidak akan bisa menerima lagi penurunan nilai asset yang terus menerus terjadi bersamaan dengan serangkaian QE yang dilakukan oleh pihak Amerika. Batas titik toleransi ini diperkirakan hanya akan sampai QE 4, artinya dua kali lagi Amerika melakukan QE – China sudah tidak akan mempercayainya lagi dan China akan berhenti membeli surat-hutang dari Paman Sam tersebut.

3) Response Wall Street dan Main Street
Ketidak percayaan China terhadap Dollar dan ekonomi Amerika akan memicu jatuhnya saham di Wall Street yang merupakan icon ekonomi Amerika. Kejatuhan Wall Street akan membuat panik masyarakat awam yang mulai menyadari bahwa ekonomi negeri itu sedang runtuh – dan mereka akan menyerbu toko-toko dan supermarket untuk memborong barang-barang kebutuhan – baik yang benar-benar perlu maupun yang kurang perlu sekalipun. Ini akan mirip kejadian seperti di Indonesia di awal krisis 1997 dimana masyarakat berebut membeli susu, mie instant , minyak goreng dlsb. karena kawatir barang-barang kebutuhan pokok tersebut akan menghilang dari pasar.

4) Goal Bunuh Diri the Fed
Kepanikan pasar dan masyarakat akan di response dengan senjata (satu-satunya ?) yang dimiliki the Fed selama ini – yaitu memberikan stimulus ekonomi (lagi) berupa uang baru dari awang-awang yang sangat besar jumlahnya. Hal ini akan membuat kepanikan lebih jauh karena seluruh dunia menjadi tidak lagi percaya pada US$ yang dengan begitu mudah-nya dicetak atau digelembungkan jumlahnya.

5) OPEC Yang Mengakhiri US$
Setelah semua pihak, baik di dalam maupun diluar negeri tidak ada lagi yang bisa mempercayai US$ - tidak ada lagi yang mau menggunakan US$ ; maka kini giliran Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) – yang merupakan salah satu pengguna US$ terbesar dan yang selama ini sangat loyal – pun akhirnya akan mengakhiri penggunaan US Dollar dalam perdagangan minyaknya. Penghentian penggunaan US$ oleh OPEC ini ibarat pencabutan selang bantuan nafas – bagi pasien US$ yang lagi sekarat – maka berakhirlah usia US$ setelah pencabutan ini.

Menurut NIA, rangkaian peristiwa matinya US$ tersebut akan berlangsung dengan sangat cepat selama 12 jam saja – pada hari ke 19 di bulan Desember 2012. Percayakah Anda dengan fiksi ilmiah ini ?, tidak juga perlu terlalu dipercayai sepenuhnya. Namun bahwa karena peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam sequence tersebut sangat mungkin terjadi – adalah benar adanya. Oleh karenanyalah kita juga tidak perlu terlalu mengandalkan US$ baik untuk kebutuhan kita pribadi, maupun untuk menyimpan asset negeri ini. Wa Allahu A’lam.

by owner gerai dinar

Kamis, 15 Maret 2012

Enam Alasan Mengapa Kita Justru Butuh Emas/Dinar Di Era Ekonomi Global…



Dalam beberapa pekan terakhir ini kita bener-bener merasakan betapa terintegrasinya ekonomi dunia sekarang. Bahkan krisis di Negara yang sangat jauh baik dari sisi geografis maupun dari sisi hubungan ekonomi-pun, dampaknya dapat kita rasakan sampai negeri ini. Rupiah bisa lunglai, saham-saham di Indonesia Stock Exchange ikut anjlog – padahal pusat epicentrum gempa financial dunia-nya ada nun jauh di Yunani sana.

Lantas dengan komponen apa kita bisa membangun ‘bangunan tahan gempa financial’ kita ?, agar rencana pendidikan anak-anak yang masih belasan tahun, rencana pergi haji lima tahun mendatang, rencana renovasi rumah setiap sepuluh tahun, tabungan hari tua agar tetap mandiri sampai akhir hayat dlsb. dlsb. - tidak setiap saat terekspose risiko krisis financial global ?.

Emas atau Dinar-lah salah satu batu bata yang kokoh untuk bangunan finansial Anda sebagai jawaban dari risiko tersebut diatas, yang insyallah tahan gempa krisis financial global dengan frequency kejadian dan severity yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Emas/Dinar memiliki enam alasan yang tidak terbantahkan dan tidak dimiliki oleh instrumen investasi lainnya sebagai berikut :

Insurance Against Inflation

Harga kambing di jaman Rasulullah SAW 1 Dinar, sekarang-pun uang satu Dinar tetap dapat untuk membeli kambing ukuran besar. Apakah ada uang lain di dunia yang terbukti stabil daya belinya ( dengan average inflasi 0%) sepanjang lebih dari 1,400 tahun …?

Insurance Against Currency Devaluation

Negara-negara di dunia bila dalam posisi kepepet sering melakukan tindakan drastic men-devaluasi mata uangnya; bila ini terjadi, maka rakyat yang tidak siap selalu jadi korban. Emas atau Dinar adalah instrumen yang paling efektif dan praktis untuk cover risiko ini.

Optimal Security Against Geo-Political and Financial Market Instability

Ekonomi dan politik dunia saat ini seperti berada pada tanah yang labil, ‘gempa’ dalam skala besar bisa mulai dari krisis politik yang kemudian merambat ekonomi – dan sebaliknya bisa berawal dari ekonomi kemudian merembet ke politik. Selagi ada tempat ‘investasi’ yang lebih stabil, mengapa tidak pilih tempat tersebut ?.

Independently Based On Its Own Demand and Supply

Harga emas atau Dinar tidak ditentukan oleh kebijakan politik atau ekonomi suatu Negara manapun; harga emas bagian terbesarnya adalah dihasilkan oleh mekanisme supply and demand di market. Banyak pihak berusaha mempermainkannya selama ini, namun mekanisme pasar tetap lebih dominan.

Inherent Intrinsic Value

Emas membawa nilainya sendiri (inherent), tidak bisa didevaluasi oleh kebijakan suatu negara. Tidak pernah pula dalam sejarah peradaban manusia emas kehilangan daya belinya.

Portfolio Diversifier & Stabilizer

Sebagus apapun emas/Dinar sebagai instrumen investasi, saya tetap tidak menyarankan Anda memindahkan seluruh invesati Anda ke emas/Dinar. Kaidah investasi jangan menaruh seluruh telur pada keranjang yang sama – tetap berlaku; bukan karena risiko terhadap emasnya – tetapi karena kebutuhan Anda yang bisa tiba-tiba berubah.

Jadi jadikan emas/Dinar sebagai salah satu saja dari portfolio Anda; selebihnya bisa investasi di sektor riil; dan untuk kebutuhan jangka pendek dimana Anda memerlukan Rupiah sebagai alat tukar – kemungkinan besarnya Anda juga masih tetap memerlukan Rupiah ini sebagi bagian dari portfolio Anda.

by owner gerai dinar

Rabu, 14 Maret 2012

Investasi Dinar, Aman dan Menguntungkan

Terkait dengan tulisan mengenai Dinar sebagai alat investasi dan Pelindung/Proteksi - selain sebagai ‘uang’ dalam pengertian yang luas tentunya, maka kali ini saya ingin berbagi pandangan mengenai bagaimana sih posisi Dinar dibandingkan dengan alat investasi yang lain ?

Dalam hal investasi saya hanya akan membandingkan Dinar dengan 4 produk yang menjadi pesaing terdekatnya yaitu Deposito, Saham, Reksadana dan Investasi langsung di Sektor Riil. Asumsinya semua yang sesuai syariah – karena yang nggak syariah sudah harus ditinggalkan betapapun menariknya produk tersebut.

Parameter yang saya bandingkan juga saya batasi yang mudah dipahami masyarakat umum yaitu parameter hasil investasi, risiko, tingkat kesulitan, proteksi nilai dan likwiditas. Hasil perbandingan ini dapat dilihat di tabel.











Tingkat Hasil

Tingkat hasil dibawah 15 % saya kategorikan rendah karena hanya cukup melawan inflasi; dari 15 % s/d 50 % saya kategorikan sedang dan peluang hasil investasi diatas 50 % saya kategorikan tinggi. Dengan kriteria ini, maka deposito di bank manapun jatuh ke tingkat hasil yang rendah – karena rata-rata hasil depositio tidak cukup untuk mengimbangi inflasi.

Saham, reksadana dan Dinar emas masuk kategori sedang karena investasi di produk-produk ini dapat mencapai hasil yang lumayan menarik. Dinar sendiri dapat memberikan hasil berupa appresiasi nilai terhadap Rupiah rata-rata sebesar lebih dari 30 %/ tahun selama 40 tahun terakhir.

Hasil yang masuk kategori tinggi menurut penilaian saya hanya mungkin dicapai oleh investasi di sektor riil. Inilah sebabnya saya mendorong kita semua untuk menggerakkan sektor riil ini. Investasi sektor riil sangat mungkin memberikan hasil diatas 50 %.

Tingkat Risiko

Dalam hal tingkat risiko (kemungkinan bangkrut ) investasi di saham dan sektor riil saya kategorikan beresiko tinggi; artinya kalau kita tidak kuasai bener – maka investasi di dua sektor ini bener-bener bisa membuat kita bangkrut.

Deposito dan Dinar Emas sebaliknya merupakan investasi yang risikonya rendah; aman untuk dilakukan oleh orang awam sekalipun. Reksadana saya kategorikan sedang soalnya meskipun dengan bantuan tangan-tangan yang ahli meminimissasi risiko, investasi reksadana ini dalam beberapa tahun terakhir juga mencatatkan statistik yang tidak sepenuhnya aman.

Tingkat Kesulitan

Tingkat kesulitan ini sejalan dengan tingkat risiko; Untuk sektor riil misalnya – masuk risiko tinggi dan kesulitan tinggi untuk terjun didalamnya. Bagi yang bisa mengatasi dengan skills dan pengalamannya, maka kesulitan dan risiko yang tinggi ini tentu akan memberikan peluang hasil yang baik/tinggi – karena tidak banyak yang bisa melakukannya.

Proteksi Nilai

Ini aspek yang sangat penting dalam investasi tetapi jarang yang memperhatikannya. Ambil contoh kejadian tahun 1997/1998. Investasi saat itu adalah Deposito dan Saham. Sampai pertengahan 1997 semuanya berjalan mulus, hasil investasi deposito ok, saham pun ok. 6 bulan sampai 1 tahun berikutnya yang memilukan. Seluruh hasil investasi deposito dan saham menjadi hancur nilainya berkeping-keping karena semua tinggal angka Rupiah – sedangkan Rupiah nilainya hancur menjadi kurang dari seperempatnya.

Disinilah perlunya proteksi nilai itu...; deposito, saham, reksadana dan berbagai produk investasi ‘kertas’ atau ‘janji; yang dinilai dengan mata uang kertas – tidak memiliki proteksi nilai untuk melindungi investor dari kehancuran nilai mata uang yang bersangkutan.

Proteksi Nilai ini otomatis ada di Investasi Dinar/Emas , demikian pula investasi di sektor Riil karena pada umumnya memiliki objek investasi yang sifatnya membawa proteksi nilai (benda riil barang dagangan dlsb nilainya otomatis naik pada saat nilai uang turun).

Likwiditas

Likwiditas ini menyangkut seberapa mudah kita menarik investasi kita dan mencairkannya menjadi dana yang siap pakai apabila kita membutuhkannya untuk keperluan lain. Dari aspek ini, investasi sektor riil tentu pada umumnya yang paling sulit dicairkan karena bisa jadi investasi kita berupa pabrik, bahan baku, tanaman yang sedang tumbuh dan lain sebagainya yang tidak serta merta dapat kita uangkan setiap saat.

Deposito sebenarnya relatif mudah cair tetapi karena kemungkinan kita akan terkena penalti apabila menarik deposito sebelum jatuh temponya – maka saya kategorikan sebagai sedang dari sisi likwiditas. Saham dan Reksadana juga saya masukan kaegori sedang karena belum tentu dana kita bisa cair/dijual setiap saat pada harga yang proper ketika dana kita butuhkan.

Dinar atau Emas selalu mudah dicairkan menjadi uang karena sifat barangnya yang bisa dijual kemana saja. Bisa dijual ke sesama pengguna, bisa dijual ke Gerai Dinar atau agen, bisa dijual ke Logam Mulia – bahkan bisa dijual di toko emas pinggir jalan.

Kesimpulan...

Dengan perbandingan tersebut, secara kseseluruhan investasi mana yang paling baik ?

Sangat tergantung dari target kita dalam berinvestasi, sikap kita terhadap risiko dan faktor-faktor lain yang tidak sepenuhnya bisa dibandingkan.

Kalau orientasi kita hasil investasi misalnya, maka tidak ada yang lebih baik daripada bisnis di sektor riil . Memang investasi sektor riil ini bukan tanpa kelemahan yaitu antara lain di aspek risiko yang tinggi dan likwiditas yang sering tidak baik – tetapi ini semua bisa diatasi apabila kita memang ada skills yang dibutuhkan. Aspek lain dari investasi adalah penyebaran risiko – jangan menaruh seluruh telor pada satu keranjang yang sama.

by owner gerai dinar

Selasa, 06 Maret 2012

Komposisi Investasi : Asuransi, Deposito dan Dinar ...



Sebenarnya saya enggan menulis perbandingan hasil investasi dari ketiga produk ini, yaitu asuransi, deposito dan Dinar emas karena takut oversell Dinar terhadap produk-produk lainnya. Namun karena baik asuransi maupun deposito adalah dari industri yang sudah matang dan sudah sangat baik penetrasinya di pasar, saya pikir tidak akan mengurangi pangsa pasar mereka sedikitpun bila sebagian kecil masyarakat – mulai melirik atau mengalihkan sebagian investasinya di Dinar.

Untuk membuat perbandingan yang adil, data saya ambilkan dari data riil yang benar-benar bisa masyarakat peroleh dan uji di pasar. Untuk contoh aplikasi asuransi saya ambilkan dari penawaran resmi cabang syariah dari perusahaan asuransi yang tergolong terbaik di dunia apalagi di Indonesia. Untuk produk deposito saya ambilkan dari simulasi salah satu Bank Syariah kenamaan di Indonesia dalam situs resminya. Untuk Dinar, harga disimulasikan menggunakan statistik harga selama 40 tahun dari Kitco.

Dari data-data tersebut, angka yang saya ambil sebagi pembanding adalah sebagai berikut :

Untuk asuransi dari tiga skenario hasil investasi 6 %, 12 % dan 18 % ; saya ambil yang tengah 12 %. Untuk deposito saya ambil bagi hasil bersih setelah pajak yang jatuh pada angka rata-rata 8 %. Untuk Dinar saya ambil dari rata-rata appresiasi nilai emas per tahun dari statistik 40 tahun Kitco, yaitu pada angka 31 %/tahun.

Kemudian dana yang diinvestasikan sama yaitu flat Rp 500,000 per bulan sampai 12 tahun yang akan datang. Setelah itu berhenti dan dibiarkan hasil investasinya terus tumbuh sampai 8 tahun kemudian – total periode 20 tahun. Pola investasi ini mengikuti pola pembayaran premi asuransi, yang lain (deposito & Dinar) dasamakan polanya agar bisa disandingkan apple to apple.

Hasil dari perbandingan ini saya sajikan dalam grafik logaritmik diatas, masing-masing dengan kekurangan / kelebihan sebagai berikut :

Asuransi

Untuk produk asuransi, di tahun-tahun awal total nilai investasi (pokok dan hasil investasi) masih sangat rendah, dugaan saya karena besarnya biaya akuisisi yang dibebankan ke premi yang kita bayarkan. Saya tahu biaya akuisisi asuransi ini bisa sangat tinggi di tahun-tahun awal bahkan melebihi 50% dari premi yang kita bayarkan.

Biaya akusisi ini selain dalam bentuk komisi keagenan; juga biaya –biaya lain untuk insentif para agen dan sales team lainnya. Tidak jarang kita baca pengumuman di media ; sekian ratus agen dari perusahaan asuransi x rame-rame tour ke luar negeri misalnya. Bahkan konon dengan bangganya ada perusahaan asuransi yang sampai mencarter pesawat untuk meng-entertain para agen dan sales team-nya ini tour ke luar negeri.

Pertanyaannya adalah siapa yang membayar ?; itulah bagian dari premi yang kita bayarkan yang terkonsumsi untuk apa yang disebut biaya akuisisi.

Tidak heran bila dengan berinvestasi Rp 500,000 per bulan setelah 10 tahun pokok investasi kita seharusnya sudah mencapai Rp 60 juta; tetapi di penawaran asuransi yang ada di saya nilai investasi (pokok +hasil investasi) baru mencapai sekitar 58 juta. Kemana pokok investasi dan hasil investasi kita yang disimulasikan 12 % ?; ya kepotong biaya akusisi tersebut diatas.

Jadi kelemahan mendasar pada produk-produk investasi berbasis asuransi adalah biaya akuisisi ini; lain produk lain pula struktur biayanya. Oleh karenanya bila kita hendak membeli produk asuransi, tidak ada salahnya kita cecer agen untuk men-declare struktur biaya yang akan menjadi beban kita ini.

Namun keunggulan asuransi juga ada, yaitu kalau kita meninggal sewaktu-waktu – meskipun baru membayar premi sekali, kita dapat memperoleh santunan dari dana tolong-menolong atau di syariah disebut dana tabarru’.

Kalau saya sendiri, memilih asuransi yang khusus untuk cover risiko saja yang preminya jauh lebih murah. Nama produk ini macam-macam tergantung bagaimana perusahaan menamaknannya, namun secara umum nama generik produk semacam ini biasa disebut Term-Life.

Deposito

Deposito (yang syariah tentunya) adalah investasi yang simple dan straight forward; meskipun tingkat bagi hasil bersih rata-rata disimulasikan lebih rendah dari asuransi (hanya 8 % dalam contoh perbandingan ini) , nilai investasi kita (pokok plus bagi hasil) sampai periode tertentu akan lebih besar dari nilai investasi kita di asuransi.

Dalam contoh diatas, setelah 10 tahun ketika nilai investasi asuransi baru mencapai sekitar Rp 58 juta; nilai deposito kita – dengan jumlah tambahan investasi yang sama Rp 500,000/bulan - sudah mencapai Rp 92 juta !

Mengapa ada perbedaan hasil yang menyolok dengan asuransi ?, karena di bank tidak ada biaya akuisisi yang besar seperti biaya akuisisinya produk asuransi.

Namun deposito memang tidak diperuntukkan sebagi proteksi kalau terjadi sesuatu terhadap kita; untuk ini kita tetap perlu membeli produk asuransi – ya yang preminya murah dan untuk cover risiko saja – Term-Life tersebut diatas.

Dinar

Dinar adalah emas, oleh karenanya mengalami appresiasi sebagaimana halnya emas. Dalam 40 tahun terakhir emas mengalami appresiasi rata-rata 31 % per tahun. Jadi dengan dana yang sama Rp 500,000 yang kita belikan Dinar per bulan (karena pecahan, bisa pakai M-Dinar !) maka setelah 10 tahun nilai Dinar yang kita miliki menjadi sekitar Rp 269 juta !; jauh melebihi deposito apalagi dana asuransi.

Perbedaan ini menjadi sangat jauh lagi ketika kita lihat pada akhir periode investasi 20 tahun. Setelah 20 tahun, uang yang kita taruh di asuransi tersebut diatas menjadi Rp 162 juta ; yang kita taruh deposito menjadi Rp 224 juta dan yang kita jadikan Dinar menjadi Rp 4.1 milyar !

Mengapa demikian menyolok perbedaannya ? Bila deposito terkadang tumbuh dibawah inflasi (contoh tahun lalu, deposito 8 %, Inflasi 11 %); investasi asuransi tergerus biaya akuisisi ; Dinar selalu berada diatas inflasi dan tidak terkena biaya akuisisi yang besar. Inilah keunggulan investasi Dinar.

Kelemahannya bukannya tidak ada, ada juga – yaitu untuk jangka pendek bisa saja appresiasi ini bernilai negatif atau harga Dinar turun; seperti yang terjadi dalam enam bulan terakhir.

Jadi dari ketiga produk tersebut, Anda bisa menggunakan ketiganya (tidak persis sama dengan produk yang saya ulas tetapi sejenis) dengan komposisi sebagai berikut :

1). Untuk proteksi kalau terjadi sesuatu ; belilah produk asuransi Term-Life dari perusahaan asuransi yang terkenal/ bonafit.

2). Untuk keperluan dana jangka pendek, kurang dari enam bulan – gunakan produk-produk perbankan seperti deposito dan tabungan dari bank-bank nasional terbaik.

3). Untuk investasi jangka panjang, gunakan Dinar dan usaha-usaha sektor riil yang produktif.

Untuk mendisiplinkan pola investasi, selain tiga hal yang saya lakukan tersebut, ada tiga hal pula yang tidak saya lakukan, yaitu :

1). Tidak menaruh dana investasi di asuransi (kecuali hanya premi untuk Term-Life saja).

2). Tidak menaruh dana investasi jangka panjang (lebih dari 6 bulan) di deposito, tabungan dan sejenisnya.

3). Tidak menaruh dana untuk kebutuhan jangka pendek (kurang dari 6 bulan) di Dinar.

Mudah-mudahan analisa ini analisa yang adil, tidak melebih-lebihkan yang satu terhadap yang lain dan dapat memberi manfaat atau guidance yang objektif bagi masyarakat awam kaya saya. Wa Allahu A’lam.

14 Juli 2009 by gerai dinar owner


Gerai Dinar Investment Guide....

Terkait dengan tulisan saya pada pertengahan bulan ini mengenai positioning Gerai Dinar yaitu memperkenalkan Dinar sebagai alat Investasi dan Proteksi Nilai - selain sebagai ‘uang’ dalam pengertian yang luas tentunya, maka kali ini saya ingin berbagi pandangan dan pengalaman mengenai bagaimana sih posisi Dinar dibandingkan dengan alat investasi yang lain ?.

Karena tulisan ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi saya di industri keuangan 20 tahun dan 6 tahun diantaranya di perusahaan publik, maka bisa jadi ini lebih merupakan pengalaman pribadi dibandingkan dengan teori investasi yang proper.










Anyway saya tulis disini barangkali berguna untuk pembaca. Dalam hal investasi saya hanya akan membandingkan Dinar dengan 4 produk yang menjadi pesaing terdekatnya yaitu Deposito, Saham, Reksadana dan Investasi langsung di Sektor Riil. Asumsinya semua yang sesuai syariah – karena yang nggak syariah sudah harus ditinggalkan betapapun menariknya produk tersebut.

Parameter yang saya bandingkan juga saya batasi yang mudah dipahami masyarakat umum yaitu parameter hasil investasi, risiko, tingkat kesulitan, proteksi nilai dan likwiditas. Hasil perbandingan ini dapat dilihat di tabel disamping.
Tingkat Hasil

Tingkat hasil dibawah 15 % saya kategorikan rendah karena hanya cukup melawan inflasi; dari 15% s/d 50% saya kategorikan sedang dan peluang hasil investasi diatas 50% saya kategorikan tinggi.

Dengan kriteria ini, maka deposito di bank manapun jatuh ke tingkat hasil yang rendah – karena rata-rata hasil depositio tidak cukup untuk mengimbangi inflasi.

Saham, reksadana dan Dinar emas masuk kategori sedang karena investasi di produk-produk ini dapat mencapai hasil yang lumayan menarik. Dinar sendiri dapat memberikan hasil berupa appresiasi nilai terhadap Rupiah rata-rata sebesar lebih dari 30%/ tahun selama 40 tahun terakhir.

Hasil yang masuk kategori tinggi menurut penilaian saya hanya mungkin dicapai oleh investasi di sektor riil. Inilah sebabnya saya mendorong kita semua untuk menggerakkan sektor riil ini. Investasi sektor riil sangat mungkin memberikan hasil diatas 50% - lihat tulisan saya tanggal 24 Desember 2007.

Tingkat Risiko

Dalam hal tingkat risiko (kemungkinan bangkrut ) investasi di saham dan sektor riil saya kategorikan beresiko tinggi; artinya kalau kita tidak kuasai bener – maka investasi di dua sektor ini bener-bener bisa membuat kita bangkrut.

Deposito dan Dinar Emas sebaliknya merupakan investasi yang risikonya rendah; aman untuk dilakukan oleh orang awam sekalipun.

Reksadana saya kategorikan sedang soalnya meskipun dengan bantuan tangan-tangan yang ahli meminimissasi risiko, investasi reksadana ini dalam beberapa tahun terakhir juga mencatatkan statistik yang tidak sepenuhnya aman.


Tingkat Kesulitan

Tingkat kesulitan ini sejalan dengan tingkat risiko; Untuk sektor riil misalnya – masuk risiko tinggi dan kesulitan tinggi untuk terjun didalamnya.

Bagi yang bisa mengatasi dengan skills dan pengalamannya, maka kesulitan dan risiko yang tinggi ini tentu akan memberikan peluang hasil yang baik/tinggi – karena tidak banyak yang bisa melakukannya.


Proteksi Nilai

Ini aspek yang sangat penting dalam investasi tetapi jarang yang memperhatikannya. ,Ambil contoh kejadian tahun 1997/1998. Saat itu saya sudah bekerja 10 tahun dan tentu memiliki tabungan yang lumayan – investasi saya saat itu adalah Deposito dan Saham.

Sampai pertengahan 1997 semuanya berjalan mulus, hasil investasi deposito ok, saham pun ok. 6 bulan sampai 1 tahun berikutnya yang memilukan. Seluruh hasil investasi deposito dan saham menjadi hancur nilainya berkeping-keping karena semua tinggal angka Rupiah – sedangkan Rupiah nilainya hancur menjadi kurang dari seperempatnya.

Disinilah perlunya proteksi nilai itu...; deposito, saham, reksadana dan berbagai produk investasi ‘kertas’ atau ‘janji; yang dinilai dengan mata uang kertas – tidak memiliki proteksi nilai untuk melindungi investor dari kehancuran nilai mata uang yang bersangkutan.

Proteksi Nilai ini otomatis ada di Investasi Dinar/Emas , demikian pula investasi di sektor Riil karena pada umumnya memiliki objek investasi yang sifatnya membawa proteksi nilai (benda riil barang dagangan dlsb nilainya otomatis naik pada saat nilai uang turun).



Likwiditas

Likwiditas ini menyangkut seberapa mudah kita menarik investasi kita dan mencairkannya menjadi dana yang siap pakai apabila kita membutuhkannya untuk keperluan lain.

Dari aspek ini, investasi sektor riil tentu pada umumnya yang paling sulit dicairkan karena bisa jadi investasi kita berupa pabrik, bahan baku, tanaman yang sedang tumbuh dan lain sebagainya yang tidak serta merta dapat kita uangkan setiap saat.

Deposito sebenarnya relatif mudah cair tetapi karena kemungkinan kita akan terkena penalti apabila menarik deposito sebelum jatuh temponya – maka saya kategorikan sebagai sedang dari sisi likwiditas.

Saham dan Reksadana juga saya masukan kaegori sedang karena belum tentu dana kita bisa cair/dijual setiap saat pada harga yang proper ketika dana kita butuhkan.

Dinar atau Emas selalu mudah dicairkan menjadi uang karena sifat barangnya yang bisa dijual kemana saja. Bisa dijual ke sesama pengguna, bisa dijual ke Gerai Dinar atau perantara penjualannya, bisa dijual ke Logam Mulia – bahkan bisa dijual di toko emas pinggir jalan.

Kesimpulan...

Dengan perbandingan tersebut, secara kseseluruhan investasi mana yang paling baik ?

Sangat tergantung dari target kita dalam berinvestasi, sikap kita terhadap risiko dan faktor-faktor lain yang tidak sepenuhnya bisa dibandingkan.

Kalau orientasi kita hasil investasi misalnya, maka tidak ada yang lebih baik daripada bisnis di sektor riil . Memang investasi sektor riil ini bukan tanpa kelemahan yaitu antara lain di aspek risiko yang tinggi dan likwiditas yang sering tidak baik – tetapi ini semua bisa diatasi apabila kita memang ada skills yang dibutuhkan.

Aspek lain dari investasi adalah penyebaran risiko – jangan menaruh seluruh telor pada satu keranjang yang sama.



Disclaimer :

Meskipun seluruh tulisan dan analisa di blog ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal dan pasar uang; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di blog ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber blog ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.

Oleh owner gerai dinar
Sabtu, 22 November 2008 08:22

Dinar : Proteksi Anda Terhadap Inflasi…


Pemerintah sudah mengumumkan akan menaikkan gaji pegawai negeri dan pensiunan sebesar rata-rata 5% dalam waktu dekat. Tentu hal ini akan menggembirakan mereka yang saat ini berstatus sebagai pegawai negeri maupun pensiunan.


Masalahnya adalah apakah hal ini akan meningkatkan kemakmuran mereka dan masyarakat pada umumnya ? sayangnya jawabannya adalah belum tentu. Daya beli mereka dan masyarakat umumnya hanya akan meningkat bila kenaikan pendapatan ini lebih tinggi dari kenaikan angka inflasi.

Karena angka inflasi tahunan rata-rata sejak 2001 – 2008 lalu di Indonesia mencapai 8.98%, maka kenaikan pendapatan yang bisa meningkatkan daya beli harusnya melebihi angka inflasi ini. Atau kalau kenaikan demikian tidak dimungkinkan, maka pengendalian inflasi harus menjadi focus pemerintah. Untuk jangka pendek tahun ini kemungkinan besar pemerintah akan mampu menekan inflasi seperti yang ditunjukkan pada angka inflasi yang hanya 0.66% per Juli lalu; namun perlu program jangka panjang untuk mempertahankannya pada angka yang rendah agar kemakmuran terjaga.



Sayangnya di dunia yang menganut rezim uang kertas, saya belum ketemu suatu negara yang berhasil mempertahankan inflasinya. Saudi Arabia-pun yang menjadi legenda cetita sejak bapak-ibu kita pergi haji bisa membeli makanan – minuman seharga 1 Riyal, kalau Anda pergi haji atau umrah sekarang akan semakin sulit memperoleh makanan-minuman seharga 1 Riyal . Pasalnya sejak tahun lalu, inflasi juga menjadi momok negeri itu. Bulan Juli tahun lalu bahkan inflasi negeri itu sempat menyentuh angka 11.1%.


Inflasi -US

Di negeri yang katanya adi kuasa – Amerika Serikat sekalipun, inflasi terbukti tidak terkendali sejak negeri itu mempelopori uang yang tidak lagi dikaitkan dengan cadangan emas bulan Agustus tahun 1971. Inflasi tahunan Amerika Serikat sejak tahun 1971 sampai sekarang mencapai angka rata-rata 4.37%; artinya kalau Anda punya deposito US$ yang hasilnya kurang dari angka tersebut, pasti uang Anda dalam US$-pun menyusut daya belinya dari waktu ke waktu.



Karena masyarakat tidak bisa mengandalkan pemerintah manapun di-dunia untuk melindungi simpanannya dari bahaya laten inflasi, maka masyarakat sendiri yang harus memproteksi kemakmurannya dari ancaman inflasi ini. Dengan apa masyarakat bisa melakukan ini ?; dengan bekerja giat sehingga pertumbuhan penghasilannya melebihi angka inflasi, dengan usaha yang hasil bersihnya melebih inflasi atau dengan Emas/Dinar yang appresiasi nilainya lebih tinggi dari inflasi.



Untuk kasus kita yang di Indonesia dengan inflasi 2001 -2008 pada angka rata-rata 8.98% misalnya; apresiasi harga emas dalam Rupiah tahunan rata-rata untuk periode yang sama mencapai 19.59%. Di Amerika serikat selama 38 tahun sejak 1971 dengan rata-rata inflasi tahunan 4.37% ; kenaikan harga emas dalam US$ rata-rata tahunan untuk periode yang sama mencapai 11.33%.



Jadi dimanapun Anda berada, apakah di Indonesia, Arab Saudi , Amerika Serikat atau negara-negara lain; pemerintah dimana Anda berada tidak bisa melindungi hasil jerih payah Anda dari ancaman inflasi; tetapi Anda sendiri dapat melakukannya kalau mau. Insyaallah.

Oleh owner gerai dinar
Rabu, 12 August 2009 08:16

Kamis, 01 Maret 2012

Delapan Alasan Investasi Emas

Emas makin disuka sebagai salah satu pilihan investasi. Sebagian menyebut emas sebagai pelindung aset, bahkan di komunitas tertentu emas dalam bentuk koin menjadi alat transaksi. Berinvestasi emas yang dulu menjadi cara paling tradisional generasi orang tua kita, sekarang menjelma menjadi cara investasi modern dengan gayanya yang baru : koleksi emas batangan sebagai pengganti tabungan dan deposito di bank, syi’ar transaksi syar’i dengan Dinar (dan Dirham), arisan emas sambil kongkow sepulang kerja serta investasi emas model cicilan di bank syariah.

Terlepas dari tren dan kesadaran kolektif masyarakat yang didorong pengetahuan akan pentingnya investasi, sebetulnya apa alasan kita berinvestasi emas? Mari kita lihat kelebihan-kelebihannya :

1. Emas adalah global currency dan nilainya diakui secara universal. Emas bernilai dimanapun, ia adalah mata uang yang diterima seisi bumi. Nilai intrinsiknya tetap & standar, sehingga bisa dibeli dan dicairkan di belahan bumi manapun.

2. Kebal inflasi, atau nilainya naik tidak pernah lebih rendah dari rata-rata inflasi. Pada 2010 emas naik 4 kali lipat inflasi nasional (inflasi 6,1% dan emas naik 24%), pada tahun 2011 emas naik 5 kali lipat lebih terhadap inflasi nasional (inflasi 3,79%, dan emas naik 22%)

3. Perawatannya mudah dan tidak perlu perlakuan khusus serta minim biaya, berbeda dengan harga pasif lainnya seperti rumah atau tanah.

4. Investasi dengan resiko sedang. Resiko yang mungkin muncul atas investasi emas adalah kehilangan, tapi bisa diemilinir dengan penyimpanan yang baik di Safe Deposit Box

5. Memerlukan modal minimal sehingga investor dengan tingkat penghasilan berapapun bisa memulai investasinya di emas. Dengan dana bulanan Rp 500.000 seorang mahasiswa bisa memulai investasinya dengan membeli emas dengan berat 1gram (harga saat ini). Atau menjadikannya DP cicilan emas dengan satuan lebih besar.

6. Mudah dipindahkan dari manapun ke lokasi lain yang diinginkan. Ini bermakna emas mudah ditransaksikan, dijadikan hadiah atau pemberian, juga diturunkan sebagai warisan.

7. Tahan lama karena emas tidak bereaksi dengan udara, benda cair serta logam lainnya. Emas juga keras sehingga sulit sekali berubah bentuk. Kecuali emas perhiasan yang perlu dibersihkan rutin agar tetap mengkilat, emas batangan dan koin dinar bisa tetap dalam tempatnya bertahun-tahun dan tak ada perubahan fisik yang terjadi padanya

8. Liquid dan dalam penguasaan pribadi, sehingga bisa diperjual-belikan serta dimanfaatkan sesuai keperluan pemiliknya. Emas adalah investasi dalam kontrol sepenuhnya dari investor.

Bagaimana, makin mantap kan berinvestasi emas/Dinar ? Tanpa modal besar & kemudahan mendapatkan, investasi emas/Dinar bisa mulai dari sekarang juga!
By Gerai Dinar

Mengenal Dinar dan Dirham Islam

Karena banyaknya pengunjung yang mengira bahwa Dinar Iraq dan lain sebagainya adalah sama dengan Dinar Islam. Maka perlu saya buat penjelasan yang sangat jelas bahwa Dinar Iraq dan sejenisnya adalah tidak sama dan bukan Dinar Islam. Dinar Iraq adalah uang kertas biasa, sedangkan Dinar Islam adalah uang emas 22 karat 4.25 gram.

Lebih jauh agar kita mengenal Dinar Islam ini lebih dekat, berikut saya petikkan uraian dari buku saya (Mengembalikan Kemakmuran Islam Dengan Dinar dan Dirham) yang menjelaskan detil tentang Dinar Islam.

Islamic Dinar and DirhamUang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu seperti dalam sejarah Mesir kuno sekitar 4000 SM – 2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih standar uang emas dan perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius Caesar ini pula yang memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia Eropa selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204.

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan sejak awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.

Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW, ”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud).

Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.

Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.

Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .

Sampai pertengahan abad ke 13 baik di negeri Islam maupun di negeri non Islam sejarah menunjukan bahwa mata uang emas yang relatif standar tersebut secara luas digunakan. Hal ini tidak mengherankan karena sejak awal perkembangannya-pun kaum muslimin banyak melakukan perjalanan perdagangan ke negeri yang jauh. Keaneka ragaman mata uang di Eropa kemudian dimulai ketika Republik Florence di Italy pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri yang disebut emas Florin, kemudian diikuti oleh Republik Venesia dengan uangnya yang disebut Ducat.

Pada akhir abad ke 13 tersebut Islam mulai merambah Eropa dengan berdirinya kekalifahan Usmaniyah dan tonggak sejarahnya tercapai pada tahun 1453 ketika Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel dan terjadilah penyatuan dari seluruh kekuasan Kekhalifahan Usmaniyah.

Selama tujuh abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan Dirham adalah mata uang yang paling luas digunakan. Penggunaan Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Usmaniyah yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia.

Pada puncak kejayaannya kekuasaan Usmaniyah pada abad 16 dan 17 membentang mulai dari Selat Gibraltar di bagian barat (pada tahun 1553 mencapai pantai Atlantik di Afrika Utara ) sampai sebagian kepulauan nusantara di bagian timur, kemudian dari sebagian Austria, Slovakia dan Ukraine dibagian utara sampai Sudan dan Yemen di bagian selatan. Apabila ditambah dengan masa kejayaan Islam sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian Rasululullah SAW (610) maka secara keseluruhan Dinar dan Dirham adalah mata uang modern yang dipakai paling lama (14 abad) dalam sejarah manusia.

Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga dikenal uang logam yang dibuat dari tembaga atau perunggu. Dalam fiqih Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang hakiki (thaman haqiqi atau thaman khalqi) sedangkan uang dari tembaga atau perunggu dikenal sebagai fulus dan menjadi alat tukar berdasar kesepakatan atau thaman istilahi. Dari sisi sifatnya yang tidak memiliki nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sampai sekarang .

Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena Dinar (Dinarium) sudah dipakai di Romawi sebelumnya dan Dirham sudah dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan oleh Rasulullah SAW– maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran Islam itu sendiri, Dinar dan Dirham masuk kategori ini.

Islamic Dinar & Dirham Produced by Logam Mulia Indonesia - With The Weight & Purity Certification By KAN (Indonesia) an LBMA (UK -London) Di Indonesia di masa ini, Dinar dan Dirham hanya diproduksi oleh Logam Mulia - PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini Logam Mulia-lah yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu memproduksi Dinar dan Dirham dengan Kadar dan Berat sesuai dengan Standar Dinar dan Dirham di masa awal-awal Islam.

Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association (LBMA).

Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.

Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan oleh Gerai Dinar adalah produksi langsung dari Logam Mulia - PT. Aneka Tambang, Tbk..

by owner gerai dinar