Laman

Rabu, 14 Maret 2012

Investasi Dinar, Aman dan Menguntungkan

Terkait dengan tulisan mengenai Dinar sebagai alat investasi dan Pelindung/Proteksi - selain sebagai ‘uang’ dalam pengertian yang luas tentunya, maka kali ini saya ingin berbagi pandangan mengenai bagaimana sih posisi Dinar dibandingkan dengan alat investasi yang lain ?

Dalam hal investasi saya hanya akan membandingkan Dinar dengan 4 produk yang menjadi pesaing terdekatnya yaitu Deposito, Saham, Reksadana dan Investasi langsung di Sektor Riil. Asumsinya semua yang sesuai syariah – karena yang nggak syariah sudah harus ditinggalkan betapapun menariknya produk tersebut.

Parameter yang saya bandingkan juga saya batasi yang mudah dipahami masyarakat umum yaitu parameter hasil investasi, risiko, tingkat kesulitan, proteksi nilai dan likwiditas. Hasil perbandingan ini dapat dilihat di tabel.











Tingkat Hasil

Tingkat hasil dibawah 15 % saya kategorikan rendah karena hanya cukup melawan inflasi; dari 15 % s/d 50 % saya kategorikan sedang dan peluang hasil investasi diatas 50 % saya kategorikan tinggi. Dengan kriteria ini, maka deposito di bank manapun jatuh ke tingkat hasil yang rendah – karena rata-rata hasil depositio tidak cukup untuk mengimbangi inflasi.

Saham, reksadana dan Dinar emas masuk kategori sedang karena investasi di produk-produk ini dapat mencapai hasil yang lumayan menarik. Dinar sendiri dapat memberikan hasil berupa appresiasi nilai terhadap Rupiah rata-rata sebesar lebih dari 30 %/ tahun selama 40 tahun terakhir.

Hasil yang masuk kategori tinggi menurut penilaian saya hanya mungkin dicapai oleh investasi di sektor riil. Inilah sebabnya saya mendorong kita semua untuk menggerakkan sektor riil ini. Investasi sektor riil sangat mungkin memberikan hasil diatas 50 %.

Tingkat Risiko

Dalam hal tingkat risiko (kemungkinan bangkrut ) investasi di saham dan sektor riil saya kategorikan beresiko tinggi; artinya kalau kita tidak kuasai bener – maka investasi di dua sektor ini bener-bener bisa membuat kita bangkrut.

Deposito dan Dinar Emas sebaliknya merupakan investasi yang risikonya rendah; aman untuk dilakukan oleh orang awam sekalipun. Reksadana saya kategorikan sedang soalnya meskipun dengan bantuan tangan-tangan yang ahli meminimissasi risiko, investasi reksadana ini dalam beberapa tahun terakhir juga mencatatkan statistik yang tidak sepenuhnya aman.

Tingkat Kesulitan

Tingkat kesulitan ini sejalan dengan tingkat risiko; Untuk sektor riil misalnya – masuk risiko tinggi dan kesulitan tinggi untuk terjun didalamnya. Bagi yang bisa mengatasi dengan skills dan pengalamannya, maka kesulitan dan risiko yang tinggi ini tentu akan memberikan peluang hasil yang baik/tinggi – karena tidak banyak yang bisa melakukannya.

Proteksi Nilai

Ini aspek yang sangat penting dalam investasi tetapi jarang yang memperhatikannya. Ambil contoh kejadian tahun 1997/1998. Investasi saat itu adalah Deposito dan Saham. Sampai pertengahan 1997 semuanya berjalan mulus, hasil investasi deposito ok, saham pun ok. 6 bulan sampai 1 tahun berikutnya yang memilukan. Seluruh hasil investasi deposito dan saham menjadi hancur nilainya berkeping-keping karena semua tinggal angka Rupiah – sedangkan Rupiah nilainya hancur menjadi kurang dari seperempatnya.

Disinilah perlunya proteksi nilai itu...; deposito, saham, reksadana dan berbagai produk investasi ‘kertas’ atau ‘janji; yang dinilai dengan mata uang kertas – tidak memiliki proteksi nilai untuk melindungi investor dari kehancuran nilai mata uang yang bersangkutan.

Proteksi Nilai ini otomatis ada di Investasi Dinar/Emas , demikian pula investasi di sektor Riil karena pada umumnya memiliki objek investasi yang sifatnya membawa proteksi nilai (benda riil barang dagangan dlsb nilainya otomatis naik pada saat nilai uang turun).

Likwiditas

Likwiditas ini menyangkut seberapa mudah kita menarik investasi kita dan mencairkannya menjadi dana yang siap pakai apabila kita membutuhkannya untuk keperluan lain. Dari aspek ini, investasi sektor riil tentu pada umumnya yang paling sulit dicairkan karena bisa jadi investasi kita berupa pabrik, bahan baku, tanaman yang sedang tumbuh dan lain sebagainya yang tidak serta merta dapat kita uangkan setiap saat.

Deposito sebenarnya relatif mudah cair tetapi karena kemungkinan kita akan terkena penalti apabila menarik deposito sebelum jatuh temponya – maka saya kategorikan sebagai sedang dari sisi likwiditas. Saham dan Reksadana juga saya masukan kaegori sedang karena belum tentu dana kita bisa cair/dijual setiap saat pada harga yang proper ketika dana kita butuhkan.

Dinar atau Emas selalu mudah dicairkan menjadi uang karena sifat barangnya yang bisa dijual kemana saja. Bisa dijual ke sesama pengguna, bisa dijual ke Gerai Dinar atau agen, bisa dijual ke Logam Mulia – bahkan bisa dijual di toko emas pinggir jalan.

Kesimpulan...

Dengan perbandingan tersebut, secara kseseluruhan investasi mana yang paling baik ?

Sangat tergantung dari target kita dalam berinvestasi, sikap kita terhadap risiko dan faktor-faktor lain yang tidak sepenuhnya bisa dibandingkan.

Kalau orientasi kita hasil investasi misalnya, maka tidak ada yang lebih baik daripada bisnis di sektor riil . Memang investasi sektor riil ini bukan tanpa kelemahan yaitu antara lain di aspek risiko yang tinggi dan likwiditas yang sering tidak baik – tetapi ini semua bisa diatasi apabila kita memang ada skills yang dibutuhkan. Aspek lain dari investasi adalah penyebaran risiko – jangan menaruh seluruh telor pada satu keranjang yang sama.

by owner gerai dinar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar