Bayangkan
Anda berjalan atau mengemudikan mobil di jalan yang lurus dari A ke B,
jalan yang tidak ada belokan dan tidak bercabang – mungkinkah Anda
tersesat ?. Anda tidak mungkin tersesat, tetapi belum tentu Anda sampai
ke tujuan. Sampai tidaknya Anda ke tujuan tergantung dengan fit tidaknya
Anda untuk menempuh perjalanan itu dan perbekalan yang Anda miliki.
Prinsip menempuh jalan lurus ini berlaku untuk seluruh aspek kehidupan
kita.
Yang
pertama dan terpenting adalah menemukan jalan yang lurus itu dahulu,
karena bila jalan itu masih berbelok-belok dan bercabang sangat mungkin
kita tersesat. Dalam hal ibadah misalnya, kita diajari untuk minta
petunjuk jalan yang lurus itu setidaknya 17 kali dalam sehari semalam “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. (QS 1:6)
Dalam hal usaha, ketika Anda menyiapkan business plan
– tantangan terberat Anda adalah memetakan ‘jalan yang lurus’ tersebut.
‘Jalan yang lurus’ bagi sebuah usaha adalah kejelasan visi, ketajaman
misi, kejituan strategi dan kedisiplinan aksi. Setelah ‘jalan yang
lurus’ bagi usaha Anda tersebut terpetakan – insyaAllah usaha Anda sudah
tidak akan tersesat.
Masalahnya adalah ‘tidak tersesat’ tidak
berarti bahwa Anda akan sampai pada apa yang Anda cita-citakan
tersebut. Setelah ‘jalan yang lurus’ itu Anda temukan, kesiapan fisik
Anda untuk menempuh perjalanan itu dan juga perbekalan Anda menjadi
tidak kalah pentingnya.
Maka
Anda harus pandai mengukur jarak tempuh itu disesuaikan dengan kesiapan
‘fisik’ Anda atau team Anda beserta perbekalannya. Anda tidak bisa
melampaui jarak tempuh melebihi jarak yang bisa ditempuh oleh team Anda.
Jadi hal berikutnya yang juga sangat penting setelah ‘jalan yang
lurus’, kondisi badan yang ‘fit’ dan perbekalan yang dibutuhkan – adalah
teman atau team seperjalanan Anda.
Namun
perlu diingat, bila perjalanan Anda melibatkan orang lain sebagai teman
atau team seperjalanan – Anda harus mau berbagi tentang jalan yang akan
Anda tempuh, Anda harus me-lead perjalanan itu sehingga tidak terjadi perdebatan sepanjang jalan. Itulah sebabnya dalam Islam ada istilah Amirul Safar-pemimpin perjalanan, agar di setiap perjalanan itu ada yang memimpin dan mengambil keputusan pada saat yang diperlukan.
Setelah ‘jalan yang lurus’ ditemukan, kondisi Anda fit, perbekalan cukup , team lengkap, dan vision sharing
sudah dilakukan untuk berjalan menuju arah yang sama – dari waktu ke
waktu Anda tetap harus memotivasi team Anda untuk terus berjalan menuju
sasaran yang dituju.
Bahkan bukan hanya sekedar sampai tujuan, harus ada upaya untuk memotivasi bagi mereka yang bersedia menempuh extra miles
– perjalanan lebih dari yang sekedar ditargetkan. Ketika berdo’a untuk
diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga sekalipun, kita
dianjurkan untuk minta surga yang paling tinggi Al-Firdaus Al A’la !.
Dalam
seluruh aktifitas kehidupan kita ada yang minimal dan ada maksimalnya.
Yang minimal adalah ‘jalan yang lurus’ dan yang maksimal adalah
kesediaan untuk menempuh ‘extra miles’. Dalam ibadah ada yang wajib dan ada yang sunnah melengkapi yang wajib.
Dalam usaha, banyak cara yang Anda bisa tempuh untuk memotivasi team Anda untuk menempuh extra miles
– lebih dari yang harus mereka kerjakan. Kebiasaan bekerja lebih dari
yang bersifat keharusan ini – bukan hanya baik untuk perusahaan, tetapi
juga baik untuk setiap individu yang membiasakan diri untuk melakukannya
dalam setiap aspek kehidupannya.
Dalam sebuah hadits qudsi ketika Allah menggambarkan para waliNya, Allah menggambarkannya sebagai berikut :
“Siapa
saja yang memusuhi wali-Ku, dia berarti telah memaklumkan agar Aku
memerangi dirinya. Tidaklah seseorang bertaqarrub kepada Diri-Ku yang
lebih Aku sukai seperti saat dia menunaikan apa saja yang telah Aku wajibkan kepada dirinya. Seorang hamba senantiasa bertaqarrub kepada Diri-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintai dirinya.
Jika Aku telah mencintai dirinya, Aku menjadi pendengarannya yang
dengan itu dia mendengar; menjadi penglihatannya yang dengan itu dia
melihat; menjadi tangannya yang dengan itu dia menyerang; menjadi
kakinya yang dengan itu dia melangkah. Jika dia memohon kepada Diri-Ku,
niscaya Aku mengabulkan doanya. Jika dia memohon perlindungan kepada
Diri-Ku, pasti Aku akan melindungi dirinya.” (HR al-Bukhari).
Para wali adalah orang-orang yang menempuh extra miles
yang sunnah dalam ibadahnya. Bayangkan bila Anda dan team Anda
membiasakan bukan hanya yang wajib, tetapi juga yang sunnah seperti yang
disebutkan di hadits qudsi tersebut – team Anda akan seperti team-nya
‘para wali’ – yang mendengar dengan ‘pendengaran Allah’, melihat dengan
‘penglihatan Allah’, menyerang dengan ‘tangan Allah’, berjalan-pun
dengan ‘kaki Allah’. MasyaAllah team para wali ini…!
Untuk
ukuran negeri ini misalnya, mungkinkah ‘team para wali’ tersebut
diwujudkan di negeri ini ?, saya melihat kemungkinan itu. Terlepas dari
begitu meng-haru-biru’nya berita tentang kerusakan politik demokrasi
yang diwarnai oleh tindak korupsi yang melibatkan hampir seluruh partai,
dari yang rendahan sampai ke tingkat menteri dan para pemimpin partai -
namun dibalik ini semua terbesit kabar bahwa para pimpinan KPK adalah
orang-orang yang selalu melaksanakan yang wajib dan melaksanakan pula
yang sunnah - barangkali dengan itulah mereka berani menangkap siapa
saja yang berani korupsi di negeri ini !. Mudah-mudahan mereka bisa
menjadi team ‘para wali’ yang menyelamatkan negeri ini, dengan mengawal
negeri ini untuk kembali berjalan di ‘jalan yang lurus’ dan
mengunggulkan negeri ini melalui perjalanan extra miles yang akan kita tempuh bersama….InsyaAllah.
- Details
- Kategori : Entrepreneurship
- Published on Friday, 01 March 2013 08:02
- Oleh : Owner Gerai Dinar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar