Laman

Kamis, 04 November 2010

Peluang & resiko bisnis outsourcing


Outsourcing: Trend Bisnis Mutakhir?

Juli 16, 2008

Selama ini para pelaku usaha sebisa mungkin mengoperasikan bisnisnya dengan melaksanakan seluruh proses dari hulu ke hilir. Setiap komponen aktivitas usahanya sebisa mungkin dilakukan secara mandiri dan merupakan unit bisnis dari lembaganya. Misalkan sebuah perusahaan produsen susu instan kemasan cenderung memiliki unit bisnis yang dimulai dari peternakan sapi perahan hingga pemrosesan, pemaketan, distribusi, pemasaran dan penjualan produknya tersebut. Tentunya hal tersebut memerlukan investasi yang besar dan berpeluang pula meningkatnya resiko atas penanaman modal tersebut dalam berbagai bentuknya. Beberapa lembaga bisnis mulai menyadari resiko dari gaya bisnis konvensional tersebut. Mereka mulai melakukan perampingan atas struktur organisasi dan tata kerjanya mengikuti kebutuhan atas pengambilan serta eksekusi kebijakannya secara efektif di era kompetisi yang semakin ketat ini. Beberapa unit bisnisnya mulai dilepas dan dilakukan skema kerjasama outsourcing dengan penyedia produk jasa/barang dari perusahaan lain. Semakin lama perusahaan-perusahaan tersebut makin fokus pada bisnis intinya dan bagian-bagian pelengkap lainnya diusahakan sebisa mungkin di-outsource ke perusahaan lain. Kalaupun sudah terbentuk unit-unit bisnis pelengkapnya maka biasanya dijadikan anak-anak perusahaan yang posisinya pun menjadi pihak outsourcer dan secara mandiri harus menjadi profit center bagi organisasinya.


Outline
1. Pengertian Outsourcing
2. Jenis-jenis Outsourcing
3. Jenis-jenis Bentuk Hubungan
4. Sifat Strategis Outsourcing
    – Mengapa melakukan
    – Mengapa tidak melakukan
    – Resiko Pelaksanaan
5. Sumber-sumber Penyedia Outsourcing
6. Tahapan Proses dalam Outsourcing
    – Analisa kebutuhan
    – Memilih Provider Outsourcing
    – Proses Kontrak
    – Proses Recruitment HRD dengan Provider Outsourcing
    – Sosialisasi/Change Management
    – Orientasi Karyawan Outsourcing
7. Analisa Biaya
    – Komponen Upah
    – Tunjangan-tunjangan
    – Asuransi
    – Fee Provider
    – Lain-lain
8. Kasus-kasus Outsourcing
    – Sakit, meninggal & kecelakaan
    – Mogok Kerja
    – Tindakan kriminal
    – Tidak sesuai spesifikasi
    – Kerusakan / kehilangan alat
    – Provider melalaikan kewajiban
9. Evaluasi Kinerja Outsourcing

VIVAnews - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengusulkan outsourcing sebagai salah satu solusi dalam menanggulangi bertambahnya jumlah pengangguran di Indonesia.

"Outsourcing bisa jadi salah satu solusi dari perluasan kesempatan kerja," kata Wakil Sekretaris Jenderal Apindo Iftida Yasar dalam diskusi "Peranan Outsourching Terhadap Perluasan Kesempatan Kerja" di Jakarta, Jumat, 23 Januari 2009.

Menurut Iftida, apapun bentuk outsourcing tersebut selama memberikan hak karyawan sesuai aturan maka akan membantu menyelamatkan pekerja yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK). "Saya maklum, pengertian outsourcing sekarang sangat negatif, diartikan perbudakan dan praktiknya diumpamakan seperti calo," ujarnya.

Namun, kata di, jika pengertian outsourcing bisa diluruskan, maka bisnis tersebut bisa menjadi alternatif dalam mengatasi solusi penggangguran.

"Bentuk outsourcing ada dua. Pertama, menempatkan tenaga kerja di suatu perusahaan. Kedua, bisnis proses outsourcing, semisal mengerjakan pesanan pekerjaan dari luar," tutur Iftida.

Apindo menilai bisnis outsourcing cukup menjanjikan, mengingat di negara lain, kontribusi bisnis tersebut cukup besar. "Misalnya Filipina, outsourcing memberikan kontribusi 70 persen pada kesempatan kerja," ujarnya.

Sedangkan negara lain yang menerapkan strategi serupa, yakni China dan India.

Tak kalah dengan sektor infrastruktur yang padat karya, menurut Iftida, bisnis outsourcing juga menyerap banyak tenaga kerja. "Misalnya, ada pesanan data entri dari Belanda. Maka pengusaha tinggal menyediakan gedung dan teknologi, kemudian merekrut karyawan ahli," katanya.

Saat ini, kata Iftida, Indonesia belum termasuk tujuan bagi negara yang meng-outsource pekerjaan mereka. "Target Apindo 2010 bisa mulai menapaki bisnis ini," ujarnya.

Sekarang, menurut Iftida, Apindo baru merintis dengan meluruskan persepsi outsourcing terlebih dahulu melalui seminar dan pertemuan internasional. "Ini solusi, yang penting perlu pengawasan saja. Namun, masalahnya selalu klasik, kurang tenaga untuk mengawasi," katanya.
Outsourcing adalah praktik bisnis biasa yang secara rutin terlibat dalam organisasi untuk memenuhi misi mereka dan operasi dengan cara yang paling hemat biaya. subjek adalah satu volatile di Amerika Serikat karena dampak ekonomi dan politik jika proses akan dikirim ke luar negeri.


KELEMAHAN BISNIS OUTSOURCING
Meskipun ada banyak keuntungan untuk outsourcing proses dari perspektif bisnis dan keuangan, ada juga kelemahan yang datang dengan wilayah juga. Berikut adalah beberapa kelemahan atas outsourcing:

Persepsi Publik

Reputasi perusahaan adalah salah satu aset yang paling berharga. Di AS publik umumnya tidak menyambut dengan ide mengirim pekerjaan luar negeri untuk negara-negara lain. Cara masyarakat memandang sebuah perusahaan yang outsourcing bingkah baik bisnis akhirnya bisa membuktikan merugikan garis keuntungan mereka.

Pemotongan biaya adalah satu hal, tetapi jika bisnis ingin mempertahankan, telah tumbuh basis pelanggan mereka, bukan mengasingkan itu. (Hal ini juga penting untuk mempertimbangkan bahwa outsourcing bisa ke lokasi yang sama-negara juga, dan jika ini adalah kasus, pendekatan PR bisa miring harus dibuat positif bagi bisnis yang takut meremehkan publik). Menguntungkan publik adalah layak dipertimbangkan, terutama jika target pasar yang utama tidak internasional.

Penurunan Standar Mutu

Sementara dalam banyak kasus ini adalah keputusan fiskal suara untuk melakukan outsourcing karena proses pengiriman kepada perusahaan untuk menangani tugas-tugas bisnis yang dijalankan standar bahwa siapapun dapat melakukan membebaskan karyawan untuk berfokus pada kompetensi inti yang unik untuk perusahaan.

Yang sedang berkata, perusahaan yang serius harus mempertimbangkan proses yang layak disimpan di rumah. Outsourcing proses seperti layanan pelanggan bisa menjadi bumerang luar biasa, karena umumnya perusahaan outsourcing tidak akan memiliki investasi yang sama seperti dirumah karyawan. Pelanggan sering merasakan perbedaan dalam kualitas dan mungkin tidak melihat ke perusahaan lagi jika mereka merasakan karyawan tidak diinvestasikan dan tidak memberikan layanan yang unggul, yang dibutuhkan adalah satu pengalaman negatif.

Keamanan dan Kerahasiaan Risiko

Ketika proses bisnis outsourcing, khususnya yang berhubungan dengan data sensitif, mereka mengambil risiko keamanan tambahan yang, jika terjadi pelanggaran, mereka masih akan bertanggung jawab atas segalanya. Sebuah bisnis perlu mempertimbangkan apakah usaha ini layak karena setelah data bahkan satu pelanggaran atau hilang, biaya-penghematan bisa dihapus sepenuhnya dan mungkin berakhir outsourcing lebih mahal.

Manajerial Pengendalian dan Trust

Memberikan sampai proses menjadi hasil outsourcing dalam menyerahkan kendali manajerial. Meskipun benar proses dapat dipercayakan kepada instansi lain, ini harus hati-hati dan keputusan vendor pihak ketiga yang dipilih secara hati-hati. Hal ini juga penting untuk memiliki perjanjian hukum perusahaan di tempat.

Efek Domino

Efek samping lain dari outsourcing adalah efek domino praktek telah terhadap perekonomian lokal. Tidak hanya kehilangan pekerjaan lokal, tapi jika perusahaan jasa kontraktor cukup berposisi, yang lain juga terpengaruh. Mereka yang terkena dampak adalah pemasok dalam komunitas real estate dan jika perusahaan besar dan telah menutup bagian signifikan dari operasi, bisnis kecil karyawan sering dikunjungi setelah/selama jam kerja.

Outsourcing adalah keputusan perusahaan tidak boleh anggap enteng, sementara ada banyak manfaat untuk latihan, ada juga kekurangan yang mungkin tidak sebagai biaya-efektif karena awalnya tampak di atas kertas. Untuk menentukan efisiensi biaya, bisnis akan pintar untuk mempertimbangkan kerugian bersama dengan keunggulan dan kemudian membuat, keputusan padat informasi dan menyadari bahwa apa yang terlihat baik secara finansial sekarang bisa berubah menjadi mimpi buruk hubungan publik. Hal ini bukan berarti outsourcing tidak bisa sukses, namun ada kerugian definitif.


OUTSOURCING   “COST EFFICIENCY” ataukah    “PASAR PAGI” 
Oleh : Brammantya Kurniawan
Moderator Outsourcing Online & Pemerhati Bisnis Outsourcing
Beberapa hari yang lalu Saya mendapatkan penawaran dari salah satu klien lama,salah satu tender manufaktur,skala PMA dari Eropa yang sudah cukup punya nama.Sebagai salah satu message adalah
  ”Bersediakah perusahaan anda menarik Manajemen Fee dari Gaji Pokoknya saja?,jika bersedia anda akan diikut sertakan dalam Bidding” Setelah saya mendengar pernyataan dari Purchasing Manager PMA tersebut,rasanya saya seperti mau jatuh dari kursi saja.Seleksi Vendor dilakukan dengan ”Tawar Menawar Langsung ala Pasar Pagi”.Betapa buruknya Outsourcing diterapkan di negeri ini,apakah cukup beralasan mengesampingkan faktor profesionalisme demi ”cost efficiency” yang banyak didengungkan. Banyak aspek yang seharusnya diperhatikan oleh perusahaan pengguna seperti:
1.      Aspek Manajerial,apakah vendor yang dipilih tersebut punya latar belakang Human Resources”  yang cukup kuat dan terstruktur.Faktor historical  saja tidak cukup untuk menentukan apakah vendor tersebut sehat.
2.      Aspek Recruitment,nilai lebih apa saja yang dapat ditawarkan oleh vendor,competency based-kah ? atau sistem recruit ”asal bawa dan asal kirim dan asal bisa lolos interview user”.Apakah vendor tersebut sudah layak disebut sebagai perusahaan outsourcing yang mempunyai komitmen tinggi untik memajukan Dunia SDM.Saya pun tidak yakin bahwa pemenang tender dengan harga dibawah standar benar-benar ”tidak menarik fee dari kandidat ?”
3.      Aspek Financial,apakah vendor tersebut secara financial sudah dinyatakan sehat? Apakah sudah di audit oleh akuntan independen? Alangkah buruknya,seperti yang pernah diceritakan oleh teman saya,Director salah satu Outsourcing terkemuka di Jakarta Selatan;yang kesulitan membayar gaji karyawannya karena invoice sudah 2 bulan ditunggak oleh klien besarnya.Lagi-lagi harus karyawan yang menjadi korbannya.
4.      Faktor Pengelolaan SDM & Kepersonaliaan,sudahkah perusahaan tersebut memiliki struktur Payroll,Personalia dan SDM yang sistematis.Tidak jarang pengelolaan data pada beberapa Outsourcing Company buruk sekali dan masih manual.Cut cost pun tak jarang menjadi alasan utama untuk merekrut staff internal mereka dengan gaji murah.Hal ini tentu saja secara langsung berimplikasi terhadap pelayana SDM terhadap karyawan dan User nantinya.  Banyak faktor mendasar lainnya yang seharusnya dapat dijadikan landasan dalam pemilihan Vendor,lebih objektif.Menggunakan Outsourcing untuk Cut Cost jelas tidak sepenuhnya benar,namun mengefisiensikan biaya karena kegiatan non core business nya dikerjakan oleh pihak ketiga,adalah alasan yang reasonable dan dapat dipertanggung jawabkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar